Komikus itu harus
Komikus itu harus...
Mestinya kita bisa menjadi apa saja yang kita mau, asal mau berusaha....
Persyaratan utama menjadi komikus adalah bisa menggambar. Kalau tidak bisa? Ya minimal bisa mengarang cerita. Kalau tak bisa juga? Setidaknya suka sama komik. Kalau juga tidak suka? Yang paling mudah adalah melamar pekerjaan menjadi tukang cuci piring di restoran padang, siapa tahu lebih beruntung. Tapi yang terpenting, ingin menjadi apa pun kita, maka kita harus sungguh-sungguh mengusahakannya. Mencari tahu ilmunya dan mempelajarinya dengan penuh kesungguhan, itu kunci suksesnya. Demikian juga kalau ingin jadi komikus.
Jadi, serius nih ingin jadi komikus? Oke, mari kita ikuti saran-saran dari para komikus ini:
Pertama, keinginan kita untuk jadi komikus harus diikuti oleh kemauan, kesungguhan, dan usaha yang benar-benar total. Jadi, jangan angin-anginan. Sebentar iya, sebentar tidak, sebentar berikutnya entahlah. Lha, mau ke mana?
Kedua, kita harus terus mengasah kemampuan menggambar atau mengarang kita. Ke mana pun kita pergi, wajib membawa buku dan alat tulis. Gambar atau gambarkan (deskripsikan) segala yang kita lihat dan alami, agar kita terbiasa menyerap segala informasi di sekitar kita dan merekamnya dalam gambar atau deskripsi itu.
Ketiga, kita harus banyak bergaul dengan komikus dan pengarang, supaya wawasan dan teknik kita dalam berkarya terus berkembang. Diskusi dan bertukar pengalaman adalah jalan paling singkat dalam meningkatkan kemampuan diri. Bergabung dengan komunitas komikus dan sering hadir dalam acara-acara komikus adalah lebih baik daripada terus mengurung diri dan berkarya membabi-buta. Karena kita harus tahu apa yang diinginkan masyarakat pembaca, dan trend apa yang sedang berlangsung di kalangan komikus.
Keempat, mintalah orang lain atau komikus lain untuk menilai hasil karya kita. Terima segala kritikan, baik yang membangun maupun yang cenderung ingin mematahkan semangat, karena kita harus belajar mengerti selera dan apa yang diinginkan orang. Soalnya, kita menjadi komikus bukan untuk diri kita sendiri – melainkan untuk masyarakat pembaca, yang amat beragam minat, selera, budaya, dan tingkat intelegensi serta pengetahuannya.
Kelima, kalau kita ternyata kurang baik dalam menghasilkan cerita yang bagus, maka pilihannya adalah kita harus bekerjasama dengan pengarang cerita. Karena sebuah komik yang sukses bukan cuma lantaran gambarnya yang bagus, tapi juga ditentukan oleh kekuatan ceritanya. Jadi, singkirkan ego ingin jadi hebat sendiri. Ingat, sapu lidi lebih kuat daripada sebatang lidi.
Keenam, kita harus banyak melihat, membaca, dan mempelajari karya orang lain. Supaya kita tahu kelebihan dan kekurangan karya mereka, dan kita belajar dari itu. Jangan cuma membeli karya orang yang memang dipuji baik, tapi beli juga yang dinilai jelek – karena kita harus yakin benar akan ukuran baik dan jelek atas suatu karya.
Ketujuh, perkaya karya kita dengan data yang benar. Untuk itu, kita harus rajin menggali pengetahuan di seputar tema yang sedang kita buat. Survei dan observasi sangat penting untuk mendapatkan data yang tepat dan mutakhir.
Kedelapan, ayo, kita mulai berkarya! Jangan cuma berangan-angan mau bikin komik ini, komik itu, tapi tak pernah mulai membuatnya. Langkah pertama memang sulit dan selalu penuh keraguan, tapi teruskan saja. Sebab kalau tidak, kita tak akan pernah maju.
Kesembilan, mari kita publikasikan karya kita agar dinilai oleh masyarakat pembaca. Tak perlu kuatir karya kita akan dinilai buruk, sebab belum tentu semua orang akan menilai begitu – kecuali kalau karya kita itu memang benar-benar buruk (dan kita sendiri juga menganggapnya begitu).
Kesepuluh, jangan terlalu berharap bahwa karya perdana kita akan mendapat sukses besar. Sebab, hanya orang-orang mujur dan sangat berbakat saja yang bisa mendapat anugerah semacam itu. Tapi sebaik-baik seorang kreator adalah mereka yang memperjuangkan setiap bagian terkecil dari karyanya. Sehingga keberhasilannya adalah benar-benar hasil daya-upayanya.
Kesebelas, kita harus selalu menyadari bahwa di luar sana ada begitu banyak orang yang lebih baik dan lebih berbakat dari kita. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha menghasilkan karya yang terbaik, sehingga kita yakin bisa bersaing dengan mereka. Atau setidaknya, supaya kita jadi tak mempermalukan diri kita, di arena persaingan.
Keduabelas, kita harus yakin bahwa bakat yang besar bisa kita tandingi dengan kemauan dan kerja keras untuk menghasilkan karya yang sama baik dengan karya orang-orang berbakat. Jangan sekali-kali merasa minder dengan “kegemilangan” mereka. Karena bakat adalah anugerah dari Tuhan. Namun kalau kita bisa menandinginya, dengan perjuangan tanpa henti, maka pastinya itu lebih bernilai – setidaknya menurut kita.
Ketigabelas, kita harus yakin pada Kemaha-adilan Tuhan, yang artinya semua orang sebenarnya punya peluang yang sama untuk meraih sukses – baik yang berbakat maupun yang kurang berbakat. Yang penting adalah bagaimana kita memperjuangkannya. Bakat yang tidak diasah dengan baik tak akan menghasilkan karya yang lebih baik, dibanding karya mereka yang kurang berbakat tapi tak putus asa dalam memperbaiki diri.
Keempatbelas, kita harus fokus pada niat kita. Kalau mau jadi komikus, ya fokus saja menjadi komikus jangan sambil bermimpi “jadi ini jadi itu” yang tak ada hubungannya dengan dunia komik, sehingga kita kerepotan sendiri – karena terlalu banyak yang harus dikerjakan, dan tak saling berkaitan. Fokus, itu harus.
Kelimabelas, yakin nih mau jadi komikus? Bukan karena pacar lagi tergila-gila sama komikus yang lagi populer, kan?
No comments:
Tinggalkan Pesanmu Di Sini ^^