Header Ads

Semangat Shalat Berjamaah


Hari itu aku telat pergi ke mesjid dan akhirnya menjadi masbuk. Kulihat seorang kakek tua berdiri di shaf depan pada setiap shalat jamaah di mesjid kami.. ia selalu memilih berdiri di ujung shaf, tepatnya di sudut depan mesjid. jika dilihat setiap shalatnya, ia tampak sangat berat, mulai ketika ruku', sujud, bahkan ketika hendak berdiri lagi, semua itu dilakukannya dengan gemetaran.

keesokan harinya aku datang lebih awal kemesjid dan kulihat kakek itu juga tiba dengan sepeda tuanya. layaknya seorang detektif akupun memerhatikannya dengan seksama. begitu tiba di mesjid ia turun dengan perlahan dari sepedanya dengan gemetaran. cukup lama aku menunggu langkah demi langkah kakek itu ketika akan hendak menaiki tangga mesjid. dengan kakunya ia menaiki tangga itu yang bagiku mungkin itulah usaha terkerasnya.

Akupun tetap mengintai gerak-gerik kakek tua itu mulai dari pintu mesjid hingga ke shaf terdepan. langkahnya begitu berat dengan tubuh yang ditopang oleh dua kaki yang telah lemah itu. terlihat bagian belakang kakinya telah membesar. itu artinya ia tidak sanggup lagi menopang dengan ujung kakinya dan hanya bertahan dengan kekuatan tumitnya yang kini terlihat keras dan kaku itu. begitu iqamah berkumandang, kamipun melaksanakan shalat berjamaah.

keesokan harinya lagi aku berdiri tepat didepan pintu mesjid menunggu kakek tua itu datang, namun mulai azan zhuhur hingga imam mulai meluruskan shaf kakek itu juga tak kunjung datang. akhirnya aku meninggalkan tempatku berdiri untuk bergabung kejamaah dan sholat.

Dua hari berselang semenjak kakek tua itu tidak ikut shalat berjamaah kemesjid membuat aku penasaran tentang bagaimana kabar kakek itu sekarang, hingga pada malam harinya, aku kembali telat pergi kemesjid dan harus menjadi masbuk. terkejut kulihat di pojok shaf kakek itu ikut menunaikan shalat maghrib berjamaah dengan posisi duduk. Kupikir lebih baik begitu, sebab kalau ia shalat dalam posisi berdiri justru akan lebih repot dan sulit baginya.
Telah dua hari kakek itu sholat berjamaah dalam posisi duduk, namun ketika shalat ashar, kebetulan aku berdiri disamping kakek itu. Terlihat ketika dalam posisi duduk antara dua sujud, kakek itu seperti menahan sakit pada kakinya, tangannya juga terlihat gemetaran. Aku yang juga tidak sengaja melihat itu juga tidak tega dan berharap agar imam mempercepat gerakan sholatnya.
Malam harinya ku lihat kakek itu kembali shalat namun tidak lagi dalam posisi duduk. Kini ia kembali sholat dalam posisi berdiri. Namun kali ini posisi berdirinya lebih goyah dari pada sebelumnya. Sesekali ia mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang kadang-kadang seperti hampir jatuh. Bahkan sempat ketika ia akan terjatuh ia memegang orang disamping kiri dan kanannya. Namun ia tetap melanjutkan shalatnya.
Terharu dan malu kulihat kakek itu. Dengan umur yang lanjut dan dengan kesehatan yang telah berkurang ia masih tetap untuk berusaha shalat berjamaah disetiap waktu. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita memiliki semangat shalat berjamaah seperti kakek itu? Dengan tubuh kita yang masih kuat dan sehat, akankah kita tunggu sakit baru mulai untuk shalat berjamaah?
Ayo kawan! Kita tegakkan shalat berjamaah, kita penuhi rumah-rumah Allah. Sungguh orang-orang yang shalat berjamaah ditambahkan 27 derajat dibandingkan orang-orang yang shalat sendirian. Dan salah satu ciri-ciri orang yang akan dinaungi pada hari kiamat adalah pemuda yang hatinya selalu terpaut pada mesjid. Dimanapun dan kapanpun ia berada. Ketika azdan berkumandang maka mesjidlah tujuannya. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang bersyukur….
Wallahu a’lam

1 comment:

  1. Sayang postingan seinspiratif ini gak ada yang komen.
    Ah, jadi ingat, seandainya shaf shalat subuh di mesjid sama dengan shaf shalat Jum'at, tentu Yahudi akan gentar dengan Islam.
    Program 100 hari ke depan boleh tuh Lan, ngajak semua anak FLP yang cowok shalat berjamaah di mesjid :)

    ReplyDelete

Tinggalkan Pesanmu Di Sini ^^

Powered by Blogger.