Header Ads

Serial “Aku dan Bola Basket” #Bagian 2

Keberanian Itu Perlu
Oleh : Aslan Saputra


Setelah beberapa hari kami berlatih menuju pertandingan ekstrakurikuler bola basket, Aku, Zulman dan beberapa teman yang ikut mendaftar pada cabang bola basket akhirnya berada dilapangan sebagai seorang pemain. Ya, seorang pemain basket. Baru kali itu aku pertama kali menjadi seorang olahragawan yang di tonton puluhan siswa lainnya. Tentu saja, suporter dari kelas kami perang mulut dengan suporter dari kelas lawan. Teriakan-teriakan mereka, semakin membuat lutut ini melemas. Ah, tidak ku sangka aku demam lapangan.

Begitu suara pluit ditiup wasit, bola basket itu pun melayang ke udara diantara kedua pemain dari kedua tim yang bersiap-siap melompat untuk melakukan jump ball. Saat itu, Maulana dari kelas kami, dengan berbadan tinggi hitam kurus berhasil memukul bola diudara dan seketika itu pula bola berpindah ke tangan Zulman. Persis seperti galah yang di paksa menyambut mangga. Tidak tinggal diam, Zulman segera menggiringnya ke tengah-tengah lapangan, melirik ke sekitar mencoba menandai teman-teman satu timnya.

Saat itu aku sadar bahwa itu kesempatan kami untuk menyerang. Kondisi lapangan yang benar-benar seperti pasar ikan membuatku sedikit bingung hendak kemana. Masing-masing berteriak mencoba mengusik konsentrasi lawan. Ada yang meminta, ada juga yang sekedar mengingatkan untuk memperketat penjagaan. Zulman dengan pengalamannya bermain basket berhasil melewati satu pemain lawan dengan mudahnya, terus yang kedua dan sebelum sampai ke pemain yang ketiga, tiba-tiba ia melompat, dan melempar bola ke arah ring. Plosh! Dua poin untuk tim kami.

Dengan cepat kami kembali ke kebelakang untuk bersiap menjaga ring dari serangan lawan. Aku ingat saat itu, dengan skill bola basket yang seadanya, membuatku menciptakan satu slogan di dalam hati. Biar tidak bisa menyerang asal bisa bertahan. Walau jatuh bangun, aku tetap berusaha agar lawan tidak mudah masuk ke daerah kami. Usaha ku lumayan berhasil. Ada kebanggaan tersendiri ketika berhasil mematikan langkah lawan. Bola berpindah dan mengubah arah serangan. Zulman sebagai pemain andalan tim kami segera mendapat bola dan lagi-lagi menambah angka. Sorak-sorak siswi dari kelas kami menambah semangat kami untuk bisa menang pada pertandingan kali ini.

Hampir dua menit aku maju mundur dilapangan, menyerang dan bertahan. Selama itu pula aku bergerak tanpa memegang bola. Entah karena aku yang bodoh atau teman-teman yang tidak mempercayai bola berada ditanganku. Yang jelas, langkah-langkahku di dua menit itu nyaris tanpa bola. Menyentuh bola pun, ketika hampir mati menahan serangan lawan. Nafasku pun mulai berat seiring melemahnya semangat.

Zulman dan beberapa temanku yang lain juga aktif menyumbang skor hingga mampu unggul di kuarter pertama. Lima menit sebelum melanjutkan ke kuarter kedua kami gunakan untuk melepas lelah dan membaca situasi lapangan. Setelah Zulman menjelaskan analisa untuk penyerangan selanjutnya, akhirnya pemain utama di ganti dengan beberapa pemain baru, untuk mengantisipasi stamina yang mulai kendor. Setidaknya, diakhir nanti pemain utama bisa masuk kembali setelah mendapat cukup istirahat. Awalnya aku sempat takut jika tidak bermain di kuarter kedua, mengingat belum ada skor yang aku sumbangkan untuk mengantar kemenangan tim kami. Tapi syukurlah, aku ternyata masuk sebagai pemain di kuarter kedua membela tim kelas kami, kelas satu sembilan.

Priit! Kuarter kedua pun dimulai. Kali ini pihak lawan yang memulai serangan. Astaga, kali ini atmosfernya benar-benar berbeda. Tim lawan seakan-akan baru saja meminum susu beruang. Begitu cepat mencetak skor dan membuat kami diam tanpa perlawanan. Ketika kami hendak membalas penyerangan, tiba-tiba bola berpindah dan tim lawan dengan cepatnya melakukan serangan balik. Semua terjadi begitu saja. Materi pemain tim kami memang agak kacau setelah diganti. Akibatnya, Zulman kewalahan melakukan penyerangan seorang diri. Begitu salah satu dari pemain kami mendapat bola, semuanya dialirkan ke Zulman. Begitu seterusnya hingga tampak Zulman mulai kehabisan energi.

Lawan kini hampir menyamai kedudukan skor, sementara pemain kami mulai tampak kelelahan. Aku yang saat itu hanya bisa bertahan, nekat untuk maju selangkah lebih kedepan untuk mencoba melakukan penyerangan. Ketakutanku pun datang. Salah satu temanku mengoper bola kepadaku. Saat itu hanya ada aku, bola dan satu orang pemain lawan segaris lurus didepan ring mereka. Rasa grogi seketika muncul. Sekilas terlihat Zulman berteriak meminta bola dibelakang pemain lawan. Sementara teman-teman di luar lapangan menyuruhku untuk segera mengoper kepada Zulman.

Firasatku buruk bila harus mengoper Zulman, sebab posisinya terancam. Seperti mengundi nasib, akupun melemparkan bola basket kearah ring, tanpa berfikir, tanpa menghitung jarak. Bola pun melambung tinggi. Entah kenapa waktu terasa berhenti seiring bola turun anggun menuju ring basket. Semua mata terpana. Semua mulut berhenti berkata. Semakin lama bola semakin mendekati ring dan tung! Bola mengenai bibir ring dan memantul jauh. Beruntung Maulana tidak jauh dari ring. Ia melompat, meraih bola dan meneruskannya kembali ke ring. Plosh! Bola masuk.

Walaupun aku gagal memasukkan bola, tapi keberanianku sedikit demi sedikit mulai bangkit. Kini tanpa was-was aku meminta bola jika posisiku bebas dari penjagaan lawan. Entah kenapa aku yakin apabila ada kesempatan menembak lagi, bola itu akan masuk. Teman-teman awalnya merasa kecewa dengan tindakanku yang telat mengoper bola kepada Zulman. Tapi menurutku inilah saatnya aku membuktikan bahwa aku juga bagian dari tim. Jika dalam pertandingan ini aku tidak bisa mencetak angka, maka tidak ada lagi kesempatanku untuk membuktikan kalau aku juga berguna.

Lagi-lagi Zulman terjepit dalam penjagaan lawan, sementara aku saat itu tepat berada di sampingnya dengan posisi yang agak aman untuk bisa menerima operan. Langsung saja aku beranikan diri untuk meminta passing, dan Zulman pun melihat gerakanku. Seketika itu pula bola berhasil di oper kearahku. Tanpa basa-basi, langsung saja aku mengambil posisi menembak. Tapi musuh sigap dan tepat berada didepanku. Keberanianku memaksaku untuk mendribel bola lebih jauh dan berhasil melewatinya. Begitu posisiku kosong, langsung saja aku angkat dan ku tembakkan kearah ring. Bola kembali melambung dan plosh! Aku berhasil mencetak poin.

Sorak-sorak penonton lebih meriah dari biasanya. Mungkin karena rasa ketidakpercayaan kepadaku menghilang setelah aku berhasil ikut menambah poin untuk tim kami. Saat itu aku benar-benar bangga, betapa tidak suporter dari kelas kami meneriaki namaku dengan keras. Aslan! Aslan! Akupun serasa seperti baru saja keluar dari rendaman air dingin. Benar-benar segar bersemangat dan siap untuk melakukan serangan berikutnya. Ternyata pilihan yang aku ambil tepat. Walau resikonya besar, tapi hanya itulah cara untuk menunjukkan kalau aku juga bisa mencetak angka.

Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh kelas kami dengan skor 30-23. Dua kuarter singkat itu berhasil membuat kami terkuras banyak energi. Kami pun berhasil mengalahkan beberapa tim dari kelas lain hingga akhirnya masuk ke semi final dan berhasil mendapat juara tiga. Kami lah siswa-siswa tahun pertama yang ikut menjadi juara pada turnamen ekstrakurikuler semester itu. Tentu saja, aku juga berkontribusi dengan menyumbangkan beberapa poin, walau tetap Zulman lah yang menjadi kunci kemenangan kami. Pun begitu, satu hal yang aku pelajari, keberanian itu perlu!

Daftar Istilah :
- Jumpball : Biasanya dilakukan waktu memulai pertandingan dan 2 pemain mencoba untuk mendapat bola dari udara dengan seseorang yang melempar bola.
- Passing : Mengoper bola
- Dribel : Menggiring bola

6 comments:

  1. kereen banget aslan udah bisa nih buat dijadiin novel hehe :)

    ReplyDelete
  2. Ini juga lagi garap novel, lunaris..
    Do'ain aja moga cepat kelar :)

    ReplyDelete
  3. sekarang udah makin kerenlah main basketnya, yaa... Eeeeeits, baca serial basket bikin kk teringat masa MAN. Kelas kami selalu jadi juara 2 setelah kelas 3 selalu merebut juara 1. Saat abg letting tamat, kelas kami merebut juara 1 selalu. Yang ceweknya nggak main pastinya, tapi cewek kelas kami, adudu kok diingat skrang noraak bangeeet nyemangatin tim kelas sampe botol minuman aku tuh kami isi batu trus kami ketuk-ketuk berirama, lagu-lagu kami yelyelkan. semua kelas memandang kami, tapi makin bikin heboh, eeh malah kelas2 lain ngikutin gaya kami nyemangatin. sayang batu kerikil jadi korban, sekolah jadi semarak, tapi kami tetap ambil juara. padahal personil laki kelas kami just 12 orang, yang jago main basket adalah semuanya. weewww, Aslan bikin kangen. preeeeeeeeeeeet. ^0^

    ReplyDelete
  4. Hahaha.. terima kasih kak. kalo sekarang mungkin lebih parah. haha :D

    wah. sama berarti kita kak.
    supaya lebih berkesan, silahkan di nantikan serial lanjutannya.. :D

    ReplyDelete

Tinggalkan Pesanmu Di Sini ^^

Powered by Blogger.