Si Penakluk Nyamuk
Dialah sang penakluk nyamuk. Ia
mampu memusnahkan nyamuk dengan gerakan-gerakan akrobatiknya. Tanpa alat bantu
apapun ia pukul nyamuk-nyamuk itu. Ia seperti menari ketika berburu
nyamuk-nyamuk yang terbang. Sesekali ia tertawa lebar dengan mata yang
seakan-akan ingin keluar. Jangankan nyamuk, aku saja merinding melihatnya.
Entah apa yang ia pikirkan,
sepetak kamar yang tidak seberapa itu ia gunakan untuk bersemedi. Mungkin saja
itu salah satu ritualnya untuk bisa hidup abadi. Atau mungkin juga untuk
membuatnya menjadi pria paling tampan hingga akhir zaman nanti. Hampir setiap
malam, ia tidur di dalam gelapnya malam tanpa cahaya lampu. Ditemani
nyamuk-nyamuk yang sedang ajojing.
Yang parahnya, tidurnya seperti tidur orang yang tidak pernah merasakan tidur. Lelap
menyantap mimpi yang sedap.
Suatu pagi, ketika ia
meninggalkan kamar itu untuk kesekian kalinya. Aku mencoba memasukinya berharap
mendapatkan suatu petunjuk perihal keanehannya. Ketika baru membuka pintu
kamar, wuss.. lewat beberapa tentara
nyamuk sedang patrol. Dengan mata melotot, aku menyaksikan ratusan nyamuk kini
telah membentuk sebuah koloni di kamar itu.
Aku tidak bisa membayangkan bila
mana mereka sepakat untuk menyerbuku dengan sekali serbuan, menggerogoti tubuhku
dan menyedot darah sepuas-puasnya. Yang jelas aku tidak ingin mati konyol
karena dikeroyok nyamuk. Karena itu, aku urungkan niat untuk masuk lebih dalam,
dan keluar dengan seribu delapan ratus tiga puluh lima pertanyaan.
Perlu kau ketahui, kalau nyamuk
yang menetap di rumah kami benar-benar terlatih. Cara terbang mereka saja sudah
seperti pasukan udara yang ada di film-film box office. Ketika berhadapan
dengan kami, beberapa dari mereka terbang melintasi korban, segera memecah
formasi dan menyerang titik-titik kelemahan dari korban. Beberapa langsung
terbang ke arah mata. Beberapa lainnya menggigit kaki dan betis, dan beberapa
lainnya mengganggu pendengaran dengan knalpot bising mereka.
Si Penakluk nyamuk itu, selalu bangun
dari tidur tanpa ada sedikitpun bekas gigitan nyamuk di tubuhnya. Jika benar
memang ada pun aku juga tidak begitu peduli. Yang jelas, nyamuk-nyamuk itu
kerap kali tidak berhasil membuat temanku itu demam berdarah. Atau mungkin dia
telah meminum ramuan anti demam berdarah dari sesepuhnya? Yang jelas, ia tidak
pernah enggan tidur di temani ratusan nyamuk.
Dan akhirnya, di malam yang tidak
begitu dingin, tiba-tiba listrik di rumah kami padam. Gelap gulita.
Nyamuk-nyamuk itu seperti telah merencanakan segalanya, beraksi dengan konvoi melewati
meja kerja dan tempat tidurku. Mungkin saja mereka tertawa busuk.
Menertawakanku seperti tawa seorang preman yang hendak merampas harta. Bisa
jadi beberapa dari mereka telah mematikan listrik di rumah kami dengan sengaja.
Dan di malam yang gelap itu, kesabaranku diuji.
Denga sebuah pedang listrik
berbentuk raket badminton, aku pun melawan mereka. Cetar! Cetar! Cetar!
Beberapa dari mereka merasakan
pahitnya kematian di tanganku. Di ruangan yang gelap itu, sesekali muncul
cahaya listrik yang menjalar pendek. Seperti petir di malam hari. Dengan modal
tontonan film beladiri, akupun beraksi dengan jurus-jurus yang mungkin saja
tidak ada orang yang akan bisa melakukannya. Sesekali meloncat, menunduk,
jongkok, ke kiri, ke kanan, berputar, koprol, dan semua gerakan yang menurutku aman
untuk dilakukan di tempat yang gelap. Setelah beberapa lama bergelut,
sepertinya puluhan dari mereka berhasil aku musnahkan.
Tiba-tiba ada suara aneh dari
dalam kamar persemedian temanku itu. Desisnya membuat adegan malam kelam itu
terasa mengerikan. Tiba-tiba ia keluar dengan mata menyala, dengan tubuh yang
kini ditumbuhi bulu-bulu lebat, persis seperti wolverine. Cuma bedanya ia tidak setampan wolverine yang di make up habis-habisan di film X-Men.
Dalam sekejap, ia merangkak tepat
ke hadapanku. Berteriak sekuat-kuatnya, sampai-sampai liurnya berterbangan
membanjiri wajahku. Setelah puas berteriak, kemudian ia menamparku dengan
keras.
“Hai, ka beudoh gam! Karat shubuh
nyoe!*”
Begitulah, ternyata semua itu
hanya mimpi. Kuharap kau tidak terlalu serius membacanya.
*hai, bangun kau! Sudah mau shubuh ni
hahay.. good work :-)
ReplyDeletegood job (o)
ReplyDeletehahahah.....lumanyan jga bisa bikin ngakak.=))
ReplyDeleteudh bisa jadi penulis komik tu bg, Ntar kami yg jadi pembeli pertama...
tpi haganya jgn mahal" 2ribee mantong....!!
:>)