Ketika Gol A Gong Ke Aceh
Catatan kecil ketua panitia workshop menulis nasional bersama Gol A
Gong
Ketika mendapat telepon dari ketua umum FLP Aceh, Anugrah Roby Syahputra, aku sempat terkejut.
“Aslan, langsung aja. Aslan bisa
jadi ketua panitia untuk acara workshop Gol A Gong?” kata Bang Roby di ujung
telepon.
Dengan waktu berfikir yang begitu
singkat, mengingat tarif bicara lewat ponsel juga sekarat, maka dengan sigap
aku menjawab, “Siap, InsyaAllah bisa Bang.”
Malamnya, Aku, Bang Roby dan Bang
Ferhat pergi ke cafe Canai Mamak untuk negosiasi dana dengan calon sponsor.
Baiklah, itu pertama kali saya berkunjung ke Canai Mamak. Dengan mata sesekali
melotot, melihat suasana café yang jarang aku temui. Untuk memesan pun, agak
ragu-ragu. Sebab karena buru-buru dompet tidak sempat masuk ke saku celana.
Siapa yang tidak ragu-ragu memesan makanan dengan hanya tiga lembar uang
bergambar pattimura itu?
Setelah agak lama cuap-cuap
dengan calon sponsor masalah biaya yang kami butuhkan untuk acara nanti,
sesekali menyantap canai yang di pesan, aku hanya bisa mengangguk-ngangguk
saja. Mencoba menganalisis acara yang sudah di buat kerangkanya oleh Bang Roby
dan Bang Ferhat. Akhirnya, si calon sponsor pun meninggalkan kami dengan respon
yang sangat baik dan antusias, juga dengan membayar seluruh makanan yang kami
pesan. Oh God, jika saja aku tahu akan dibayari, tentu aku akan memesan yang
lebih banyak. Kapan lagi bisa makan gratis? Wew.
Keesokan harinya, selesai kelas
menulis di Rumah Cahaya, Bang Ferhat segera membentuk panitia workshop Gol A
Gong. Tidak butuh waktu lama untuk menyusun kepanitiaan, karena yang di
dahulukan yang hadir di Rumcay hari itu. Yap, mulai hari itu
pengalaman-pengalaman seru pun di mulai.
Mengadakan acara workshop kali
ini dengan materi kepanitiaan yang kaya profesi juga sangat seru. Ada yang dari
ranah radio, juga wartawan. Belum lagi keluarga besar FLP yang tersebar di
mana-mana, maka persiapan acara pun semakin mudah. Ada Kak Fida yang membantu
menjalin hubungan dengan TELKOM sebagai sponsor utama, juga Bang Doni dengan
jaringan radionya yang luas, hingga membuatku juga bisa menjadi narasumber di
radio Rumoh PMI. Itu pertama kalinya aku melihat mekanisme on air radio seperti
apa. Dengan tangan gemetaran menjawab pertanyaan dari penyiar, juga gugup
membayangkan kalau suaraku kini terbang jauh seantero Kota Banda Aceh, Aceh
Besar dan sekitarnya. Yang bicara itu Aslan lho! Aslan! Huhuhu.
Ketika kami mengunjungi
sekolah-sekolah untuk sosialisasi juga dimudahkan dengan adanya anggota-anggota
FLP disana, ada Kak Cut Januarita di Man Model Banda Aceh, ada Bang Hendra
Kasmi di SMA Alfityan dan ada Bang Hilal di MAS Ruhul Islam Anak Bangsa. Dengan
tanpa persiapan, aku Bang Doni, Dara, Nuurul dan Ulva bertandang ke
sekolah-sekolah untuk menjual tiket. Hanya dalam beberapa hari, tiketpun Sold Out! Bahkan di antara panitia juga
saling ribut merebut tiket. Dara sebagai penanggung jawab cuma bisa masang muka
semrawut, karena tiap hari, tiap malam, tiap detik di terror dengan sms,
“Masih ada tiket dara?”
“Tiket yang kakak pesan mana?”
“Dara di mana? Abang mau ambil
tiket?”
Semoga dara tidak botak. Atau paling
tidak pikiran dan hatinya masih sehat. Karena aku juga takut pikiran dan
hatinya mulai terkena sindrom apa gitu. Karena selama beberapa hari kami gak
bisa bedain kapan dia tertawa, kapan dia nangis, kapan dia digigit semut. Semua
itu ia lakoni dengan ekspresi yang sama. Untuk Dara nanti bisa jumpai Nuurul
untuk periksa kesehatan di Puskesmas terdekat. Semoga tidak parah.
Dara sibuk menghitung tiket. "131, 132.. eh bener gak ya? 1,2,3.." |
Di sekolah-sekolah, kami masuk ke
kelas-kelas untuk kenalin siapa Gol A Gong. Dengan modal artikel yang kami baca
di internet, langsung aja kami ceritain siapa Gol A Gong.
Bang Doni yang keren banget waktu
di RIAB. Pas kami masuk ke kelas bilingual, Bang Doni dengan lancarnya
berbahasa inggris. Kami yang di belakang cuma bisa senyum ngangguk-ngangguk sok
paham. Yah, just like that!
Sebenarnya di kepanitiaan kali
ini aku agak gugup karena harus mengatur teman-teman yang mungkin memiliki
pengalaman lebih banyak di bidang organisasi. Hingga akhirnya aku jadi segan
sendiri kalau minta bantuan ini dan itu. Tapi, di akhir mereka benar-benar
professional. Mereka benar-benar keren.
Malam-malam menjelang acara kami
jalani tanpa tidur. Tidurpun cuma satu jam dua jam tiga jam empat jam. Paliing parah
ketika sama-sama Bang Ferhat berencana begadang di kos untuk edit video FLP.
“Bang, Aslan tidur duluan ya. 15
menit aja. Aslan gak bisa buat kalo ngantuk.”
“Yaudah Aslan, tidur aja dulu
nanti abang bangunin.” Kata Bang Ferhat.
Zzzzzz..
Zzzzzz..
Zzzzzz..
“Aslan, aslan, bangun! Udah satu
jam aslan tidur. Video FLP belum siap.” Kata Bang Ferhat sambil goyang-goyangin
kepalaku.
Dengan setengah sadar aku bangun,
duduk di meja sambil mandang laptop. Bang Ferhat yang udah selesai jaga giliran
tidur. Aku yang gak mikir apa-apa, kembali berbaring dan zzzz… tidur kembali.
Entah mimpi apa yang barusan aku
alami. Tiba-tiba suara ayam berkokok membangunkanku dari tidur. Astaga! Video,
mana video? Bang Ferhat, mana Bang Ferhat?
Akhirnya, malam itu rencana kami
menggarap video FLP batal total. Pagi-pagi Bang Ferhat dengan wajah kusut
meninggalkan kosku.
"Buat sendiri sana Aslan!"
Brum-brum.
Aku cuma mematung di depan pintu, menatap laptop yang masih kosong, mengambil bantal dan kembali tidur. Zzzzz.
"Buat sendiri sana Aslan!"
Brum-brum.
Aku cuma mematung di depan pintu, menatap laptop yang masih kosong, mengambil bantal dan kembali tidur. Zzzzz.
Walaupun begitu, akhirnya video
FLP siap juga. Besoknya Bang Ferhat sampai magrib edit video FLP. Aku hanya
tinggal rapikan dan di compile! Nah,
jadi lah.
Yang paling keren juga dara lagi,
dia sampai malam masih di Rumcay bareng Bang Nazri untuk print sertifikat. Sampai
akhirnya datang Bang Reza yang juga bantuin. Karena Bang Nazri punya jiwa
kebapak-bapakan, atau mungkin karena mirip bapak-bapak, darapun di suruh pulang
lebih awal.
“Pulanglah dara, malam sudah
larut. Biarkan kami yang menangani ini semua.” Kata Bang Nazri.
“Tapi Bang..”
“Gak papa dara. Kami bisa kok.”
“Bukan itu Bang. Tapi..”
“Udah, jangan dipikirin. Percaya sama
kami. Pasti siap ini semua.”
“Bukan itu Bang..”
“Jadi apa Dara! Gua lempar juga
lo pake printer!” Bang Nazri mulai emosi.
“Dara gak enak aja tinggalin Bang
Nazri sama bang Reza. Entar ditangkap warga pula karena berdua-duaan.” Kata dara
sok polos.
“What the!!!!” Bang Nazri ngamuk.
Well, yang diatas cuma imajinasiku
aja. Malam itu aku terpaksa meninggalkan mereka untuk ikut pelantikan
organisasi paguyuban. Karena galau nungguin lama banget dilantik, akhirnya
entah apa yang berkelebat di pikiran.
Selesai pelantikan, aku langsung
meluncur ke Rumcay sambil bawa puluhan kue pelantikan. Yang tersisa hanya Bang
Nazri dan Bang Reza yang masih hitung-hitung sertifikat.
Malam itu, sepulang dari Rumcay,
aku dan Bang Doni menyelesaikan video profil FLP dan juga music-music
background untuk acara besok. Lagi-lagi aku minta tidur duluan karena lelahnya seharian menyiapkan perlengkapan untuk acara besok. Tapi Alhamdulillah aku berhasil
bangun lagi pukul tiganya. Langsung saja semua video-video persiapan acara
langsung selesai malam itu juga. Mission
complete!
Paginya Bang Doni langsung
pulang, dengan mengeluh perutnya yang bergejolak. Gimana gak bergejolak? Pagi-pagi
kami masih makan timphan lemas sisa kue pelantikan. Parahnya Bang doni disela-sela acara mengeluh padaku sambil berbisik,
“Lan, tadi pagi abang gak ke
toilet. Sekarang malah pengen buang air besar.” Kata Bang Doni sambil sesekali melompat
sambil memegang laptop menyetel musik acara.
Bisa anda bayangkan
saudara-saudara? akupun yang mendengar bisikan itu juga mulai bergejolak ingin
buang air besar.
Selama kepanitiaan aku juga bisa
lebih mengenal teman-teman di FLP, khususnya angkatan 2013. Banyak hal-hal
tentang mereka yang aku jumpai selama persiapan acara. Mulai dari siti yang
doyan makan. Kripik yang dimakan pas gladi acara di lahap hebat sama siti. Bahkan
Biya, anak Kak Aini yang megang sisa-sisa kripik juga masih di datangi Siti. Tapi
wajarlah, kita sama-sama anak kos Siti. Hidup anak kos!
Ada juga Kak Fanny yang super
duper metal kuatnya. Dari rumah bawa satu dus roti yang isinya ratusan dengan
motor. Begitu sampai langsung hormat sama Bang Ferhat. Benar-benar lucu.
Teman-teman panitia yang lain
masing-masing juga kadang tanya tahun lahir.
“Eh, aslan kelahiran tahun
berapa?” tanya mereka.
“Kalian tahun berapa lahir?”
“Kami 94. Aslan?”
“Oh, samalah kita.”
Ketika mereka udah pergi jauh, dengan
pelan aku berucap, “Iya kita sama-sama Anak FLP. Sama-sama anak kuliahan. Sama-sama
kos. Tapi tahun lahir kita beda setahun dua tahun.”
Ada juga Naris yang galau sebelum
hari H karena ditunjuk jadi MC. Tapi besoknya dia berhasil melaksanakan tugas
MC. Great Job Naris!
Ada Nuurul yang dari awal
berusaha untuk dapat hadiah dengan dengan menjual 20 tiket. Tapi di akhir dia cuma
bisa menjual sekitar 15 tiket. Bagaimanapun semangatnya luar biasa. Tiap hari
singgah ke rumcay sambil nanya, “Apalagi yang bisa kami bantu?”
Oja yang lebih parah. Ketika Kak Aini lagi suapin makan siang untuk Biya, tiba-tiba Oja baru tiba di rumcay
langsung datang beringsut mendekati Kak Aini sambil buka mulut lebar-lebar.
Nyam-nyam. Biya yang melihatnya cuma terdiam bisu. “Bunda, ini kakak biya juga
ya?” Biya membatin.
Kak Syuhada yang juga sigap
menangani masalah konsumsi bersama anggota-anggotanya. Tiap ikut rapat cuma
minta maaf karena gak bisa lama. Tapi terbukti di hari H benar-benar All out.
Ada Juga Adit yang kadang-kadang
stress dari lab juga sempat mampir ke Rumcay untuk print tiket, design
sertifikat, print surat.
Bang Riri yang kadang-kadang
sering melucu diantara kami. Yang paling sering tertawa Bang Nazri, yang
terbahak-bahak Bang Doni. Kerennya bang Riri, melucu dengan lelucon yang harus
di analisis sekitar beberapa menit untuk bisa tertawa. Walaupun begitu, Bang
Riri juga tetap keren di hari H.
Akhirnya, tanggal 5 Maret 2013
ratusan peserta memadati ruangan aula Mahkamah Syariah Aceh. Beberapa boot
sponsor juga memeriahkan acara. Beberapa peserta juga antusias untuk membeli
buku-buku Gol A Gong yang disusun di meja bazaar buku FLP. Untung Mas Gong sabar
di tarik-tarik minta tanda-tangan, minta foto. Untung gak ditarik minta bayarin
siomay.
Tragedinya, hari itu aku
tergeletak tidak sadarkan diri sekitar sejam di ruang panitia. Entah bagaimana
mulainya, aku sudah membuana di dunia mimpi. Begitu bangun, jam sudah
menunjukkan pukul 15.00 WIB. Di luar sana, peserta riuh membahana. Di dalam
ruang itu, aku mondar mandir mencoba menghilangkan jejak tidur yang menggembung
di lingkaran mataku. Maaf semua, aku tertidur.
Ujung-ujungnya yang paling keren
juga tetap Bang Ferhat. Penulis blog Ferhatt.com ini berhasil menarik pipi-pipi
peserta hingga tertawa dengan guyonan ringannya. Tidak menyesal kami memilihnya
untuk menemani Gol A Gong di atas panggung. Tapi bayarannya mungkin tidak kami
tepati. Satu kotak nasi dengan rendah plus udang goreng. Sekali lagi maaf Bang.
Gol A Gong benar berhasil
menyuguhkan cara kreatif, unik dan keren juga interaktif tentang cara menggarap
novel. Merugilah orang-orang yang tidak ikut. Selamat Mas Gong!
Sekali lagi, kepada semua
panitia, pengurus dan seluruh anggota FLP, terima kasih karena telah ikut
mensukseskan acara kemarin. Bang Munawar, Bang Rio, Bang Daman, Kak Zurry, Kak
Isni, Kak Junaidah, Bang Fahri, Kak Riza, Kak Amalia, Azalya, Ernita, Kak Husna, Kak Nana, Kak Sanah, Kak
Maulidar, Kak Mulla, Kak Fida, Kak Beby, Kak Laras, Nawra, Sari, kak Isra, Kak
Era, Bang Muarif. Mohon maaf kepada teman-teman yang
namanya tidak disebut diatas. Semoga bisa di muat di tulisan-tulisanku lainnya.
Kalo kata Bang Ferhat, “Papa Bangga Sama Kalian!”
Mohon maaf apabila selama
kepanitiaan terjadi benturan-benturan emosi, gesekan-gesekan perasaan dan juga
kesalahpahaman lainnya. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kedepan
kita bisa buat acara yang lebih meriah lagi. Semoga.
Selama di kepanitiaan aku jadi bisa mengenal teman-teman lebih banyak. Bisa nginap bareng, bisa makan bareng, bisa ngopi bareng. Ternyata di FLP benar-benar seru. Kalo gak percaya, yuk gabung di FLP!
Selama di kepanitiaan aku jadi bisa mengenal teman-teman lebih banyak. Bisa nginap bareng, bisa makan bareng, bisa ngopi bareng. Ternyata di FLP benar-benar seru. Kalo gak percaya, yuk gabung di FLP!
Terimakasih Aslan, udah promosi blog abang. hahahahhaha
ReplyDeleteSama-sama bang^^
ReplyDeleteWah, detil ya Aslan pengamatannya.
ReplyDeletekasian biya bang, pedes itu kripiknya~
ReplyDeleteAda saya, diceritainnya detail ya bang aslan.. foto itu, yang sedang bergalau ria dengan tiket.. oh.oh.oh,.. :)
ReplyDeleteTerimakasih bang aslan telah menjadi ketua kami. Tetap sabar dengan saya, yang terkadang emosi gak jelas gara-gara tiket. Tenang besok kita makan molen lagi ya bang.. :)
Hahaha,
ReplyDeleteBerulang-ulang aku bacanya..
Tiap liat foto Aslan sama Doni, SALUT! (y) *Tatapannya mesra sekali :D
kak fida : hehe.. emang harus di detailkan kak :)
ReplyDeleteSiti : ga pedes kok. malahan biya nya yang minta tambah. udah siti besok kita beli yang banyak. haha
ReplyDeleteDara : Oke dara, hari rabu traktirin kami makan molen di Rumcay hoho.
ReplyDeleteBg Nazri : waduh, itu bukan mesra bang. itu lagi adu mata. siapa yang paling tahan ga berkedip.
ReplyDeleteHahaha, siapa kalah nyapu di rumcay selama 2 tahun, yang menang jaga rumcay selama 2,5 tahun..
ReplyDeleteLoh ? Hari rabu ? Memang saaya ke rumcay ya hari rabu. Ckckckckk,..
ReplyDeleteBeres deh,.. :) gampang tuu
Bg Nazri : Wow! ngeri tu. tapi kami berdua sepakat kalau abang yg jadi pemenangnya. silahkan bang menyapu rumcay selama 2,5 tahun :D
ReplyDeleteDara : Abang hari rabu piket di Rumcay. kalo dara gak ke rumcay hari rabu, minimal titip aja molennya terus pergi juga gapapa. hahaha
ReplyDelete