Ramadhan di Tengah Kemelut Jiwa (#FLPMengguncangRamadhan)
Hari ini tepat 5 hari sudah aku
berpuasa. Alhamdulillah Allah masih memberikanku umur, menyempatkan aku untuk
masih bisa melaksanakan shalat dan membaca Alquran. Sungguh, beberapa hari
menjelang Ramadhan lalu aku agak takut. Bagaimana seandainya Allah tidak
memberikan aku kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan tahun ini? Bagaimana
saja jika nafas tidak sampai di petang akhir sya’ban?
Oh Allah, aku benar-benar
bersyukur masih bisa menghirup udara di subuh Ramadhan, melantunkan ayat-ayatMu
di siang Ramadhan serta mendengar suara anak-anak di malam harinya. Jika
boleh, izinkan aku untuk bertaubat di bulan ini lagi.
Lagi? Ya lagi. Telah aku lalui
dua Ramadhan dengan kesan cita dan malu. Apalagi di hari-hari akhirnya.
Bertaubat dan taubat tapi tetap tidak berkualitas. Kesalahan dan kekurangan
diri masih terus saja melintas di setiap kehidupan. Peringai tak tahu diri kerap
kali dijunjung tanpa pernah merasa ketakutan. Sesekali mungkin iya. Tapi ini
berkali-kali. Dimana kata-kata mutiara yang aku lontarkan untuk meyakinkanMu
kalau aku benar-benar menyesal?
Dua tahun lalu, di sepuluh hari
terakhir Ramadhan tepatnya, Kau menegurku. Boleh dibilang saat itu aku masih
menyebelahmatakan Ramadhan. Masih bersemangatnya menyambut Lebaran padahal
Ramadhan belum berakhir. Masih berpikir tentang menu bukaan padahal magrib
masih lama.
Hingga suatu magrib, aku melihat sebuah
tayangan televisi tentang cara khusyuk dalam shalat bersama Ustadz Abu Sangkan. Hanya
sepuluh menit tapi begitu mengguncang. Dan di sepertiga malam akupun
mempraktikkannya. Allahu Akbar! Itulah malam pertama aku sadar kalau aku
bukanlah siapa-siapa. Hanya seonggok manusia hina dengan berjuta perilaku tak
bernilai. Dan di ruku’ pun aku menetes sedih, di sujud aku merintih syahdu.
Beberapa hari kemudian, takbir berkumandang.
Sorak-sorai remaja mesjid melintas dalam pawai dan gemerlap obor-obor. Aku
pilu. Ramadhan hendak pergi dan aku takut tidak ada suasana kerekatan iman
layaknya pada Ramadhan. Bagaimana mungkin aku bisa menjamin akan sanggup
bertahan di beratnya hiruk pikuk dunia tanpa Ramadhan? Ketakutan memburuku.
Semenjak itu aku rindu. Sedikit
demi sedikit Ramadhan hilang dari hariku. Getaran hati di setiap sujud
berkurang. Bahkan lantunan azan mulai bisa aku tunda menjawabnya. Sungguh, aku
kembali lagi seperti yang lalu. Tinta-tinta penyesalan yang aku tuliskan di jiwa
mulai memudar.
Dan benarlah dugaanku. Ramadhan setahun
setelahnya menjadi saksi atas segala pergulatanku di dunia hina ini. Imanku tidak
cukup cemerlang. Kembali di penghujung Ramadhan, aku mengumbar lagi janji-janji
taubat dan berharap akan menang hingga Ramadhan selanjutnya tiba.
Tapi apa? Lagi-lagi aku
terperangkap jiwa. Nafsu memburuku. Gemerlap dunia menghalangi mata batinku. Aku
hina lagi. Lidahku kini malah kelu mengungkap penyesalanku. Walau selama
sebulan itu ibadahku meningkat. Tapi tak sedikitpun membekas pada perilaku diri
yang semakin akut. Benarkah cara taubatku?
Kini aku berada di Ramadhan lagi.
Untuk beberapa hari kedepan aku harus memantapkan diri agar bisa lincah
melangkah di dunia penuh perangkap. Aku tahu kehinaanku menumpuk. Tapi aku
juga berharap Allah memberikanku lagi kesempatan untuk bisa membawa buah-buah cinta
dariNya selama Ramadhan ini. Buah yang ketika ku lahap bisa membersihkan
hatiku. Mencemerlangkan pikiranku. Meredakan emosiku. Menekan habis segala
upaya nafsu yang senantiasa membuatku terpeleset di panjangnya jalan hidup ini.
Aku hanya ingin surganya. Bercengkerama
dengan seluruh orang-orang yang kucinta di sana. Menikmati ketaatan dengan
khidmat. Tersenyum haru di setiap sujud. Aku ingin itu.
Semoga Ramadhan kali ini aku
berhasil. Bisa kuat di luar Ramadhan nanti. Percaya diri beramal sambil
membayangkan setiap bulan sama seperti Ramadhan. Semoga aku kuat memegang
tanganNya. Semoga gemetaran di hatiku selalu diredakanNya. Bantu aku, Lindungi
aku ya Allah.
Tulisan ini diikutsertakan pada
kegiatan #FLPMengguncangRamadhan
Sayangnya gak bisa ikut tadi, hiks
ReplyDeleteHehehe... Itulah kak. Seru banget kemarin itu.. haha (o)
DeleteRamadhan ternyata punya kesan berbeda pada tiap orang ya...
ReplyDeleteBenar kak. Mari kita isi Ramadhan dengan kebaikan :)
Deleteaamiiiin
ReplyDelete(p)
DeleteSemoga ini menjadi Ramadhan terbaik untuk kita semua ya.. Amin...
ReplyDelete