Sesak Sempit
Baiklah, niat awal saya
sebenarnya adalah agar blog saya di bulan agustus tidak mentok satu artikel. Jujur
bulan ini saya tidak sempat menulis, bahkan hanya untuk sekedar curhat di
eliteword-blog sekaligus teman saya. Makanya, malam ini saya bela-belain malam
mingguan sama eliteword.
Saya merasa waktu saya semakin
sempit. Entah karena umur saya yang semakin bertambah, atau karena kepala saya
yang telah lelah berfikir tentang arti sempit. Pokoknya saya jenuh. Beberapa
pekerjaan saya sikat sekaligus dan kini saya dihadapkan dengan jadwal deadline
yang hampir bersamaan.
Di sela-sela kejenuhan saya, saya
merasa bersyukur karena masih dapat membaca buku. Anehnya, ketika saya jenuh,
saya malah membaca dan itu membuat pikiran saya sedikit ringan. Mungkin karena
isi novel itu bagus dan kini saya masih terngiang-ngiang dengan jalan
ceritanya. Saya akhirnya jadi ingin melanjutkan tulisan-tulisan saya yang dari
kemarin belum selesai-selesai mudik.
Penulis novel itu memang hebat. Saya
akui karena ia telah berhasil membuat sebagian jiwa saya merasakan konflik
batin tokoh-tokohnya. Tapi ada satu yang membuat saya kecewa terhadap buku ini
sekaligus penulisnya. Gara-garanya kerjaan saya semakin bertumpuk karena saya
tidak henti-hentinya membaca novelnya. Seru men!
Ah, kenapa sekarang jadi bahas
novel sih?
Oke, balik ke kerjaan.
Sebenarnya saya masih mahasiswa,
bukan seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta. Tapi berkat beberapa
mimpi saya yang terus memukul saya disetiap saya makan, mandi, tidur dan
bermimpi, akhirnya saya pelan-pelan mewujudkannya. Ini hanya demi mimpi itu.
Mendirikan sebuah perusahaan untuk bisa menyokong kehidupan saya. Tapi harus
digarisbawahi, itu bukan mimpi besar saya.
Makanya, ketika saya dikepung
dengan kejenuhan bekerja, kepala ini selalu membandingkannya dengan mimpi besar
itu. Ah, jangan serius banget kamu kejar kerjaan ini. Kalau kamu terlalu
serius, bisa-bisa kamu kehilangan daya untuk menggapai mimpimu yang lain. Begitulah
si Aslan dari dunia lain memburuku.
Saya tidak tahu mengapa,
sepertinya ada sosok Aslan lain dalam diri saya. Kadang saya paham tentang apa
yang saya lakukan, di satu sisi saya malah bingung dengan apa yang terjadi. Yang
jelas, semakin lama saya semakin tahu kalau si Aslan yang satu lagi itu lebih
jahat. Jika ia sedang kuat-kuatnya, saya kadang takluk begitu saja.
Dan ketika saya menyadari kerjaan
ini bertumpuk karena Aslan Clone itu selalu membual dan mengada-ngada, saya
tidak bisa apa-apa. Saya hanya harus terus mengambil nafas seribu untuk bisa
kuat mengerjakannya sebelum waktu deadline.
Kadang-kadang saya ingin sekali
bersikap cuek. Sesekali menghindar dari dunia saya, dan menyendiri di sudut
kamar untuk berfikir, meresapi dan mengerjakan segenap kerjaan yang sudah
bersarang laba-laba. Saya ingin tidak menghiraukan perkataan orang, pendapat
orang, dan pikiran orang tentang saya. Tapi saya tidak bisa. Saya masih terikat
dengan realita. Kondisi yang tidak seharusnya saya pikirkan.
Saya ingin sekali memasuki dunia
baru, berjumpa dengan orang-orang baru dan merasakan atmosfir baru. Mulai semuanya
dari nol, dan berkarya dengan diri saya. Mungkin ini salah satu efek jenuh
saya. Maaf.
Mungkin tulisan ini sudah bisa
saya akhiri. Walau tidak semua ketidakenakan hati saya tertuang, yah minimal
saya sudah menulis. Saya juga mengakui umur saya yang semakin bertambah. Tahun depan
saya akan lulus kuliah, dan harus sudah masuk ke dunia kerja. Saya rasa
kegalauan ini pernah dirasakan semua orang. Saya tidak bisa banyak
menjelaskannya. Hanya untuk kalian yang sudah pernah merasakannya saja, saya
ucapkan selamat!
Rencananya selesai mengapel blog
ini, saya akan mendatangi tumpukan kerjaan saya untuk saya apeli juga. Ini malam
minggu yang menderitakan.
Hebat2... mnta bantu sm mi2 :)
ReplyDelete