Rahasia Tornado
Oleh : Aslan Saputra
Kita tahu sebagai manusia kita
bisa menjadi lemah di satu waktu, yang pada waktu lainnya mungkin saja kita
kuat. Rasa kuat itu seharusnya kita miliki di setiap saat agar mampu bertahan
di pahitnya hidup ini. Dengan kesadaran penuh kita melangkah, menghirup udara
maksimal dan menatap ke depan dengan mantap, percaya diri.
Menjijikan sekali ketika diri ini
tergopoh-gopoh, mencoba meminta pertolongan dan sekedar bersandar pada apapun
di depan mata. Terlihatlah kelemahan dengan gamblang dan itu bagiku sangat
tidak keren. Ayolah, hidup ini bukan untuk kita lelah di dalamnya.
Seperti halnya aku, beberapa hari
ini sangat tidak istimewa untuk bisa membuka mata dengan sempurna. Sekedar
berlari riang dan menari-nari di atas bumi. Beberapa pekerjaan menempel pada
seluruh sendiku hingga untuk bergerak pun aku hampa. Bahkan untuk menulis
cerita ini tanganku juga bergetar. Entah karena aku kelelahan ataupun
menyedihkan. Ini sungguh klise.
Aku juga sempat rindu pada
kegiatan menulis. Menekan tuts-tuts keyboard laptop, mencoba menuangkan segala
apa yang menjanggal di kepala. Bahkan hal-hal remeh pun membuat jiwa menekanku
keras untuk menulis. Ini perasaan yang sangat hebat, walau ujung-ujungnya
terkalahkan dengan realita.
Dan ketika aku sujud pada
kesekian ibadahku, aku meleleh. Seluruh aliran darahku mengalir tidak
beraturan. Detak jantungku perlahan menurun dan seluruh ruas di tubuhku
merenggang. Terlintas segala macam kebahagiaan yang aku lewati dari waktu lalu.
Tawa, keceriaan dan kenyamanan makin menggetarkan jiwaku. Mataku berembun.
Andai saja waktu-waktu itu berulang, hingga aku bisa larut di dalamnya dan
mencoba untuk bisa tersenyum walau sesaat.
Waktu tiba-tiba melambat.
Tempatku berada seakan bertransportasi ke dunia yang berbeda. Asing.
Seolah-olah segalanya menjauh, mengizinkanku untuk merasakan sesuatu yang
indah. Kebebasan dan kelegaan. Kali ini rekaman-rekaman keburukan yang
terngiang. Sungguh, aku jadi memalukan dan kembali mataku berembun.
Tidak tersadar tiba-tiba aku
membuka mataku yang sedari tadi tertutup. Setelah sebelumnya aku hirup nafas
dalam-dalam, segalanya terhenti sedikit demi sedikit mulai normal seiring
oksigen yang keluar dari hidungku. Aku bangun, menyeka air mata dan terduduk
dengan seribu penyesalan.
Seketika segala pekerjaan yang
menempel pelan-pelan terlepas. Waktu terasa tersenyum padaku. Mencoba
menenangkanku tentang satu kata yang mungkin hanya aku dan dia yang mengerti. Aku
pun tersenyum lega. Kini aku sadar, lima waktu yang diberikanNya untuk kita
gunakan setiap hari harusnya benar-benar kita manfaatkan. Itulah saat di mana
kita melepas sebagian zat-zat kepenatan dan menggantinya dengan semangat baru.
Kini aku siap melangkah, tersenyum lagi.
Aku menyebut ini Rahasia Tornado.
Sebarkan rahasia ini ya.
Rahasi kok disebarkan? Apa-apan itu!! 8-)
ReplyDeleteTuntun aku untuk tegar berada di tengah-tengah pusaran tornado.
ReplyDeleteThis is a great poost thanks
ReplyDelete