Aceh Lon Sayang
![]() |
Sumber : Herryblogspotcom.blogspot.com |
Ketika
kau mencintainya, jangan diungkapkan. Cukup buktikan dengan perbuatanmu dan
cintamu akan terungkap dengan sendirinya.
Langit
masih hujan. Rintik-rintiknya menerjang memoriku, membuatku terhenyak untuk
beberapa detik yang tidak sempat aku hitung. Bagiku hujan itu romantis. Ingin rasanya
menebar rindu, pada seseorang yang aku tidak tahu siapa. Baiklah, akupun
mengambil secarik kertas dan mulai menulis.
***
Kini
usiaku sudah mulai meninggalkan masa remaja. Aku sudah dewasa. Kini aku semakin
sadar tentang di mana aku berada dan apa yang harus aku lakukan.
Sebelumnya,
aku sadar, Aceh sebagai tempat pertama kali bagiku mengenal dunia, budaya, dan
segala keunikannya. Aku bangga, sangat bangga malah. Menyandang identitas
sebagai bagian dari Aceh. Sungguh, secara tidak langsung, aku mulai menyukaimu,
Aceh.
Aceh,
beberapa hari ini aku sering memikirkanmu. Tentang masa-masa yang aku lalui
bersamamu, bersama ayah dan ibuku, juga keluargaku, kita lalui beragam cerita. Tentang
masa sulit bagiku untuk bisa menikmati kebahagiaan bersamamu.
Aku masih
ingat, ketika beberapa orang yang mencintaimu dan engkaupun mencintai mereka,
terkurung di lebatnya hutan, menunggu dan berjuang demi dirimu. Sekelumit derita,
menancap tajam pada hati-hati orang-orang yang mereka kasihi, jiwanya direnggut
paksa dengan kenyataan yang seharusnya tidak terjadi. Aku tahu, aku paham,
bagaimana penderitaanmu saat itu, walau aku baru menyadarinya sekarang.
Tidak
lama berselang, kaupun diguyur oleh kuasa tuhan yang mereka sebut dengan
Tsunami. Saat itu aku masih kelas satu SMP. Aku tidak bisa berbuat banyak. Ketika
mengetahui banyak saudara-saudaraku yang bernaung dengan namamu gugur, aku
hanya bisa menangis seharian di dalam kelas, diikuti tangisan teman-teman
sekelasku. Walau saat itu aku tidak tahu kenapa bisa menangis, tapi setidaknya
itu bisa menjadi bukti kalau cinta ini mulai tumbuh. Antara aku, kau dan
orang-orang yang mengaku mencintaimu.
Sungguh,
itulah saat bagimu diuji. Kau hanya bisa diam, menyaksikan puluhan bahkan
ratusan jasad terbujur kaku dengan dan tanpa pakaian. Berbalut lumpur dan
dengan posisi yang mengenaskan. Belum lagi bangunan-bangunan yang hilang,
dihempas begitu saja. Air matamu mengalir, seiring mengalirnya air mata
anak-anak yang ditinggal mati orang tuanya, dan orang tua yang menangisi
anak-anaknya yang tidak lagi bernyawa. Tidak mengapa kalau kau harus menangis
dan berteriak-teriak saat itu, tidak apa. Itu wajar.
Dan aku
senang ketika orang-orang yang mencintaimu kembali turun dari bukit yang dingin,
membawa sepucuk surat yang ketika kau baca, kau pun memeluk mereka dengan haru,
dan menggenggam erat jemari mereka, berjanji akan senantiasa percaya pada
segala yang akan mereka lakukan untuk bisa membantumu kembali berjalan, setelah
sebelah kakimu lumpuh akibat tsunami lalu.
Semenjak
itu, sedikit demi sedikit senyum anak-anak mulai bebas kau nikmati. Kau duduk
dengan tenang dipinggir pantai, mengikuti irama kebahagiaan mereka, dan
sesekali menghadap ke langit, bersyukur pada Allah atas segalanya ini. Tidak
mudah bagimu melewati semua ini. Dan kau pun memohon agar segalanya tetap
terjaga.
Dan
kini, aku menyadari rasa cinta ini semakin merekat kedalam, tepat ketika aku
mendengar salah satu lagumu. Aku merinding, darahku mengalir cepat dan
berkelebatlah segala macam di kepalaku. Ingin sekali aku menangis, karena aku
ingin bersamamu, tapi aku tak mampu, aku tak pantas.
Allahai do dodaidi
Boh gadong bi boh kayee uteuen
Rayek sinyak hana peue ma bri
Ayeb ngon keuji ureueng donya kheun
Allahai do dodaidang
Seulayang blang ka putoh taloe
Beurijang rayek muda seudang
Tajak bantu prang tabila nanggroe
Wahe aneuk bek taduek le
Beudoh sare tabila bansa
Bek tatakot keu darah ile
Adakpih mate poma ka rela
Jak lon tateh, meujak lon tateh
Beudoh hai aneuk tajak u Acheh
Meubee bak on ka meubee timphan
Meubee badan bak sinyak Acheh
Allahai Po Ilahon hak
Gampong jarak hantroh lon woe
Adak na bulee ulon teureubang
Mangat rijang trok u naggroe
Allahai jak lon timang preuek
Sayang riyeuek disipreuek pante
'oh rayek sinyak nyang puteh meupreuek
Teh sinaleuek gata boh hate.
Allahai do dodaidi
Boh gadong bi boh kayee uteuen
Rayek sinyak hana peue ma bri
Ayeb ngon keuji ureueng donya kheun
Allahai do dodaidang
Seulayang blang ka putoh taloe
Beurijang rayek muda seudang
Tajak bantu prang tabila nanggroe
Wahe aneuk bek taduek le
Beudoh sare tabila bansa
Bek tatakot keu darah ile
Adakpih mate poma ka rela
Jak lon tateh, meujak lon tateh
Beudoh hai aneuk tajak u Acheh
Meubee bak on ka meubee timphan
Meubee badan bak sinyak Acheh
Allahai Po Ilahon hak
Gampong jarak hantroh lon woe
Adak na bulee ulon teureubang
Mangat rijang trok u naggroe
Allahai jak lon timang preuek
Sayang riyeuek disipreuek pante
'oh rayek sinyak nyang puteh meupreuek
Teh sinaleuek gata boh hate.
Sesekali
aku benci dan kecewa dengan beberapa dari mereka yang yang dulunya kau peluk
dengan cinta ketika turun dari bukit yang dingin. kini seakan lupa dengan yang
pernah terjadi. Mereka menyiksa orang-orang yang juga mencintaimu dengan kekuasaan
yang mereka miliki atas namamu. Ingin rasanya aku mewakilimu untuk menampar
mereka. Karena lagi-lagi aku tahu, kau tidak akan mungkin tega melakukan itu,
karena kau cinta mereka.
Impianku
adalah agar bisa pergi sejenak darimu, agar kau tahu, aku sungguh-sungguh. Berikan
aku waktu untuk mengenalkanmu pada mereka diluar sana. Tentang keunikanmu,
tentang ketaatan yang kau balut dengan budayamu, tentang persaudaraan dan
kekeluargaan yang kita jalin, kita ukir bersama sejak dulu. Aku sadar waktuku
mungkin tidak akan selama waktu yang kau punya. Mungkin nanti kau akan melihat
anak dan cucuku yang telah aku ceritakan pada mereka tentang kau, tentang
segala ajaran yang aku raih dan terima darimu. Tenanglah, ini semua karena aku
cinta.
Sekarang
aku sedikit demi sedikit melatih bahasamu, mencoba satu persatu tarian yang
mereka lakukan untuk menghiburmu, dan kearifan-kearifan yang kau tanam pada
pendahulu-pendahulu kami. Dengan segenap kekuatan yang aku punya, aku akan
lakukan apapun agar kau dan mereka tahu aku, Ini namanya cinta.
Izinkan
aku mencintaimu, Aceh.
Daerah aceh , Tanoh lon sayang..
Nibak teumpat nyan, lon udep matee..
#Tulisan ini diikutsertakan pada kelas menulis mingguan FLP Aceh, 17 November 2013
di Rumah Cahaya FLP Aceh
Sebuah asa, matahari yang kembali terbit di ufuk timur. Mari kita singsingkan lengan baju kita membawa kembali kedamaian, kesejahteraan, kesentosaan ke tanah kelahiran. Menjadikan Aceh sebagai rahmat bagi semesta ...
ReplyDeleteMari bang Azhar Ilyas kita bangkitkan kejayaan Aceh kembali! :-b
DeleteDukung Aslan menampilkan tariannya di USOW-3. :D
ReplyDeletewew... mana mungkin menari solo kak? -_-
DeleteMari bang Azhar Ilyas kita bangkitkan kejayaan Aceh kembali! :-b
ReplyDelete''Ketika kau mencintainya, jangan diungkapkan. Cukup buktikan dengan perbuatanmu dan cintamu akan terungkap dengan sendirinya'' kayaknya kalau zaman sekarang kurang cocok ungkapan itu dek, sebab klo ga diungkapkan keburu diambil orang, lagian ga semua orang mampu membaca perbuatan dan sikap kita, dan kalau kak ga silap Rasullullah sendiri sangat menganjurkan kalau kita mencintai seseorang baik itu orang tua, sahabat maka katakan langsung agar mereka mengetahui perasaan kita, malah kalau kita ungkapkan, orang tersebut malah jadi terharu, coba bayangkan klo tiba2 kita mudik kekampung terus berlari ke arah emak dan bilang, mak saya rindu kali emak, pasti emak akan terharu sekali. tapi kalau untuk Aceh memang ga perlu diungkapkan tp cukup dengan perbuatan dan bakti kita untuk tanoh aceh
ReplyDeletecemungudh qaqa... mulai alay.com
ReplyDelete