Hari Ulang Tahun Ibu
Hari
ini hari ulang tahun ibuku. Tujuh tahun sudah ia pergi, meninggalkanku dengan
ketidakberdayaan. Wah, aku ingat dulu ketika berada di sekolah, melihat
pengumuman kelulusan SMP. Saat itu sangat terharu, sebab perjuanganku untuk
pulang pergi dari rumah sakit mencuri waktu antara merawat ibu dan belajar
terbayar sudah. Walau saat itu uforia kelulusan tidak seheboh teman-temanku
yang melihat pengumuman bersama orang tua mereka.
Sehari
sebelum ujian aku masih di rumah sakit bersama ibu. Setelah keluar dari ruang
ICU, memakai pakaian hijau lengkap, dan hanya mendengar bunyi-bunyi benda
kedokteran yang sampai saat ini aku belum tahu apa kegunaannya, aku langsung
berangkat kembali ke kota Langsa, di malam yang gelap gulita dengan teman
perjalanan yang tidak ada satupun yang aku kenal, meninggalkan ibu yang masih
tidak sadarkan diri pasca operasi. Jadilah, aku bolak-balik ke toilet ketika
ujian karena perutku terus bermasalah. Malah guru menganggapku mengambil
jawaban karena terlalu seringnya aku ke toilet. Aduh, itu fitnah namanya bu
guru!
Ibu adalah
orang yang pertama mengajariku azan. Pernah ibuku mendengar azan yang begitu
memprihatinkan dari mesjid, dan mengira itu adalah aku. Padahal yang azan
adalah temanku. Jadilah semenjak itu aku dilatih azan. Dan azan pertamaku pun
dikumandangkan di mesjid rumah sakit, ketika tidak punya pilihan setelah
ditunjuk paksa oleh seorang kakek di sana. “Udah nak! Azan terus!” Begitu
kembali ke ruangan ibu, ia hanya memberi jempol dan berkata, “Alhamdulillah
bisa put!”
Ketika
masih smp, aku pernah bercita-cita untuk menjadi kepala sekolah, ketika tahu
betapa beratnya ibuku setiap harinya pulang sore dari mengajar. Saat itu aku
hanya ingin semua guru seperti ibuku bisa makmur, dan bahagia. Itu saja. (Sekarang
mimpiku sudah berubah)
Entah
sejak kapan aku suka komputer. Dulu aku sempat mengikuti kursus microsoft
office bersama kakak-kakak SMA, hingga mengumpulkan uang untuk beli disket. Dan
puncaknya ketika ibu pulang dengan membawa satu unit komputer hadiah dari lomba
guru berprestasi di Jakarta. Sejak saat itu aku mulai membongkar segalanya
hingga sudah berapa kali komputer itu diinstall ulang akibat perbuatanku. Tapi ujung-ujungnya
kalau ada masalah komputer, seisi rumah selalu bertanya padaku.
Dan yang
terpenting, ada sebuah alquran yang saat ini masih aku simpan baik-baik. Itulah
peninggalan terakhir ibu untukku sebagai pesan tersirat agar menjadi orang yang
berguna bagi agama dan bisa membahagiakannya di akhirat kelak. Aku akan
berusaha menjaganya.
Banyak
hal yang belum sempat aku katakan padanya, tentang terima kasih, maaf, dan
segala kerinduan yang terus melekat di jiwa. Maka dari itulah, satu-satunya
cara adalah agar bisa kembali bertemunya di surga. Karena hanya surgalah tempat
aku bisa kembali berjumpa dengannya, memeluknya, mengucapkan terima kasih dan
meminta maaf. Aku hanya bisa berdoa
padanya, dan terus memperbaiki diri, agar bisa bersamanya, dan seluruh
keluargaku. Itu saja.
Asnita
Nurlaini (9 Desember 1968 – 27 Mei 2007)
;-( Baca ini jadi mendadak kangen sama ibuku di kampung halaman sana..
ReplyDeleteHehehe... di telp aja bg Arie :)
DeleteMeleleh.. *dan air mata terus mengalir..
ReplyDeleteini tisu kak :-s
Deletejadi pengen nangis. . . . ;-(
ReplyDeleteyaudah nangis aja Nur Anshari :3
Deleteterharu baca kisahnya, semoga Allah menerima segala amal ibadah ibu
ReplyDeleteAlhamdulillah aamiiin kak :)
DeleteJadi anak baik,kuat, dan senantiasa menyertakan ibu dalam setiap do'a :)
ReplyDeleteAamiiin... :)
DeleteAl-Qur`an memang hadiah yang indah, di mana nasihat ibu dan bapak berasal. :)
ReplyDeleteYap benar sekali kak :)
DeleteSalah satu amalan jariyah untuk seseorang yg telah meninggal dunia adalah doa anak yang sholeh. Tak ada penghalang antara doa sang anak dan Rabbnya. Sabar dan tetap semangat bang Aslan :)
ReplyDeleteAamiiin. Siap! Terima kasih Ai :D
DeleteDek Putra memang luar biasaa
ReplyDeleteKak, jangan panggil Dek Putra -__-
Delete