GOING TO JAPAN Bagian 2 : Akhirnya Tiba Juga
Begitu keluar dari bandara, wah, angin kencang langsung menyapu kulit. Pernafasan seperti berubah. Bukannya menyulitkan, tapi malah menurutku menyegarkan. Udara polusi yang biasa terhirup di Indonesia seketika hilang. Dan kerennya, ketika berbicara uap langsung mengepul dari mulut. Persis seperti di film-film yang pernah aku tonton. Huaa. Entah kenapa semua seperti mimpi. Aku hanya bisa tersenyum sendiri melihat diriku saat itu. Sungguh, Allah sangat baik padaku.
PESAWAT
Japan Airlines ini memang cukup besar bagiku yang baru pertama kali mengadakan
perjalanan antar negara. Beberapa jam yang lalu, adalah pertama pula bagiku
menaiki pesawat Singa Udara lintas Aceh-Jakarta. Beragam mitos seputar naik
pesawat, bandara, boarding pass dan lain sebagainya benar-benar membuatku
gugup. Mulai dari dititipi beberapa obat penghilang nyeri, sampai permen karet
yang katanya bisa menetralisir jetlag.
Namun faktanya, aku baik-baik saja tanpa itu semua.
Perjalanan
malam ini terbilang agak beruntung. Aku dapat kursi tepat di samping jendela
pesawat. Mulai dari take off tadi, menikmati kerlap kerlip kota Jakarta dari
langit, hingga hilang ditutupi awan. Kalau ditanya perasaan? Wah, aku
merinding, senang, bahagia dan terharu. Sambil wajah tetap memandang keluar
jendela, terputar kembali semua yang telah terjadi. Mulai dari menahan malu
memerankan sosok Papagenk di depan anak-anak komplek, bergadang setiap malam
merampungkan video, sampai hal-hal lainnya yang melelahkan. Setidaknya, sebentar
lagi mimpi-mimpi yang sering menjadi bunga tidur akan segera menjadi kenyataan.
Dan akupun menghabiskan malam dengan mengotak-ngatik layar canggih di depanku,
bersama Sari yang duduk di kursi sampingku dan Mas Khemal di deretan yang sama.
Menikmati Sunrise Jepang dari jendela pesawat. Beberapa menit setelah ini kami mendarat di Narita |
Begitu
turun dari pesawat, yang pertama aku persiapkan adalah kamera. Sejak awal aku
memang sudah bertekad akan membuat video perjalanan layaknya video report
jenesys yang pernah aku tonton di youtube. Video itu mungkin sudah beberapa
lusinan kali aku tonton. Dan ketika rekaman mulai menyala, segala yang pernah
aku lihat di video itu kini aku lihat dengan mata kepala sendiri. Ya, kondisi
bandara Narita, Tokyo.
Kami
langsung dijemput oleh koordinator dari JOCA, Nao-san. Ia perempuan berwajah
jepang asli dan cantik, setidaknya itulah testimoni yang pertama kali
dilontarkan Abduh, teman dari bandung ketika sesi testimoni di bus menuju
Hotel. Peserta JENESYS 2.0 kali ini berjumlah 24 orang, bersama satu
supervisor, Mas Khemal dan semuanya berasal dari Indonesia.
Kegiatan
kami berlangsung selama delapan hari penuh dan ditambah satu hari kepulangan. Jadi
total jadwal kami tetap dihitung sembilan hari. Ah, andai saja pulang malam,
mungkin ada beberapa waktu untuk bisa menikmati Jepang. Waktu yang kami punya
begitu singkat untuk bisa benar-benar merasakan Jepang. Tapi setidaknya, kami
sudah bersyukur bisa pergi ke negara Doraemon itu. Hehe.
Begitu
keluar dari bandara, wah, angin kencang langsung menyapu kulit. Pernafasan seperti
berubah. Bukannya menyulitkan, tapi malah menurutku menyegarkan. Udara polusi
yang biasa terhirup di Indonesia seketika hilang. Dan kerennya, ketika
berbicara uap langsung mengepul dari mulut. Persis seperti di film-film yang
pernah aku tonton. Huaa. Entah kenapa semua seperti mimpi. Aku hanya bisa
tersenyum sendiri melihat diriku saat itu. Sungguh, Allah sangat baik padaku.
Hingga
di sepanjang jalanpun, aku terus menganga kagum melihat pemandangan dari luar
jendela. Melihat keadaan bus, melihat deretan teman-teman yang duduk di bangku
bis, mendengarkan koordinator Nao-san menjelaskan secara singkat apa-apa yang
akan kami lakukan di Jepang dan semua itu pernah aku lihat dari video report
jenesys di Youtube. Aku masih tidak berhenti tersenyum dan terharu.
Sejujurnya,
video itu setiap malam aku tonton baik selama proses seleksi lomba maupun
beberapa hari menjelang kepergian. Aku merinding setiap kali menontonnya. Membayangkan
diri berada di Jepang dan mengikuti program JENESYS secara keseluruhan. Dan
kini, aku di Jepang. Aku sangat berterima kasih kepada pembuat video tersebut,
sebab itulah salah satu yang menjadikanku terus bersemangat mengikuti Youth
Competition for Disaster Education hingga akhir.
Sebenarnya
aku ingin menceritakan banyak mengenai detail perjalanan kami selama di Jepang.
Namun, aku sengaja menyimpannya karena ingin aku bukukan. Sudah setahun berada
di FLP Aceh menyandang status calon penulis, dan hampir empat tahun ngeblog
namun belum memiliki satu bukupun. Jadi, untuk kesempatan kali ini. Mohon maaf
teman-teman. Semoga bukunya nanti bisa terbit dan tetap bisa teman-teman baca.
Untuk
kesimpulan saja, beberapa hal positif yang aku dapatkan di Jepang adalah:
Pertama: Sesuai tema JENESYS 2.0 kali
ini yaitu Disaster Prevention Course, banyak pembelajaran seputar kesiapan dan
edukasi mengenai bencana. Jepang telah menerapkan konsep prevention hingga ke
tingkat RT RW nya. Setidaknya itu yang aku lihat langsung selama proses
homestay dua hari.
Kedua: Semua mungkin sepakat mengenai
transportasi Jepang yang luar biasa. Membandingkannya dengan Aceh, aduh, sangat
jauh. Kalau dibuat perbandingan jarak waktu. Aceh mungkin tertinggal sekitar dua
puluh tahun dari kondisi Jepang sekarang. Kalau Aceh ingin seperti Jepang
sekarang, setidaknya harus menunggu dua puluh tahun lagi dengan konsep dan
rencana yang benar-benar dijalankan.
Ketiga: Di Jepang sangat menjunjung
tinggi pelayanan publik. Tidak boleh ada yang merokok sembarangan, dan itu
diterapkan pemerintah dengan tetap memberikan smoking area di beberapa sudut
kota maupun gedung. Bagi yang mencoba merokok di sembarang tempat, nah siap-siap
ditangkap polisi. Saya sangat berharap Aceh bisa menerapkan hal serupa.
Keempat: Banyaknya museum yang ada di
Tokyo dan beberapa kota di Jepang membuktikan bahwa Jepang sangat mencintai
sejarahnya. Dan itu secara ekonomi juga berdampak besar. Museum dijadikan tempat
wisata edukasi bagi turis dan pendatang. Mulai dari museum Edo Tokyo, Museum Tsumo,
Museum Tsunami, sampai Museum Anime, Doraemon dan Gundam. Memang bagi kita
terkesan biasa tapi tidak dengan turis yang datang ke sana. Gemerlap kemeriahan
suasana Jepang pasti menjadi incaran setiap turis. Ah, boro-boro mau buat
museum di Aceh, artefak dan bukti sejarahnya saja masih sulit untuk dicari.
Beginilah rakyat kita, masih bangga dengan sejarah lama, tapi tidak punya
kemauan untuk melestarikannya ke anak cucu. Apalagi kalau dilirik secara
ekonomi? Wah, sebenarnya itu bisa jadi profit yang sangat menguntungkan. Aceh
didukung dengan sejarah yang beragam dan unik lho.
Kelima: Turbin pembangkit listrik
tenaga angin. Ini yang paling menarik bagiku. Ketika melintas di highway yang agak tinggi, terlihat di
beberapa bagian kota, sebuah kincir angin raksasa menjulang tinggi. Dulu jepang
pernah mengalami krisis listrik dan akhirnya berinisiatif untuk membuat sumber
energi alternatif. Makanya jangan heran hampir seluruh sendi kehidupan rakyat
Jepang sangat canggih. Bahkan sampai ke masalah toilet. Bah, kalau teknologi
canggih itu diterapkan di Aceh pasti enggak bisa. Karena lampu masih mati
kadang-kadang. Dan solusinya apa? Masyarakat harus menyediakan lilin tambahan.
Saya ragu hal ini ada di pikiran para pemimpin sebab sampai saat ini semuanya
masih sibuk dengan ukuran, bentuk dan style sebuah kursi legislatif.
Keenam: Yang terakhir adalah tata krama.
Hampir semua orang menerapkan perilaku yang disiplin, walaupun mungkin
kadang-kadang ada yang bandel karena baru mabuk habis minum sake. Contohnya,
antrian yang tidak pernah menyerobot apalagi marah-marah. Masuk dan keluar
kereta api teratur. Berjalan di pedestrian juga teratur, sebab semua berjalan
dijalur masing-masing (Ada jalur sepeda dan pejalan kaki. Pada Jalur pejalan
kaki juga dibagi dua. Sebelah kiri untuk yang jalan lambat dan sebelah kanan
untuk jalur bagi yang ingin buru-buru). Lalu lintas yang walaupun sudah hijau,
tapi tidak pernah terlihat ada mobil dan kendaraan yang melintas kencang ketika
melewati lampu lalu lintas. Semua hati-hati dan mengutamakan para pejalan kaki.
Baiklah,
mungkin hanya ini yang bisa aku ceritakan sekarang. Untuk cerita lengkapnya,
semoga nanti teman-teman bisa membaca bukuku. Kalau tidak terbit, ya pasti akan
aku sharing kembali di blog ini. Hehe. Sekali lagi Alhamdulillah. Sungguh semua
ini merupakan rezeki yang benar-benar berharga bagiku. Semoga aku tidak menjadi
orang yang sombong dan yang paling penting, semoga aku diberikan kesempatan
lagi untuk bisa mengunjungi Jepang. Amin.
Eksis sampai ke Narita Airport |
Kami belok ke Kanan menuju Nishi-Ikebukuro, ke Hotel Metropolitan |
Ini Nao-san, Koordinator kami. So Kindness. |
Panorama Jepang dari jendela bis |
Senangnya secara langsung lihat transportasi jalan raya Jepang |
Ini Monorail, Hmm langsung teringat yang di Jakarta |
Ini Tokyo Tower. Semua di bis celingak-celinguk. Aku malah keinget film Conan |
Peserta JENESYS foto bersama sebelum naik bis. Ini masih di Narita |
Foto lagi di taman, setelah mencuri waktu untuk latihan tari Gemu Famire |
Dan ini Aku, menyantap masakan jepang untuk pertama kali. Biasanya hanya melihat kiriman foto saja. |
Dan yang terakhir, ini adalah video yang sudah aku buat. Selamat ditonton.
kereeeeeen bangeeeet Aslan. Semoga sukses terus yak, juga untuk bukunya. nanti jangan lupa minta kami sebagai pemberi endorsment ya *numpang tenar :p
ReplyDeleteSiip makasih banyak kak :D
DeleteIya ini mau rampungin skripsi dulu, baru bukunya kak hehe.. Atau kakak mau buat testimoni di skripsi juga hehehe
iriii.. bs nulis semua ide dgn rapi. Trus kok bbrp fakta ada yg aku gak prnh kepikir pdhl sering liat ya? wah hebat deh, aslan! lanjutkan, smg bukunya bs terbit dan larrriss! :D
ReplyDeleteAh, Kamu kan juga pernah nulis hal yang sama Isra. Mana mungkin iri :p
DeleteDulu malahan aku yang iri karena baca tulisanmu :D
Haha Ayo kolaborasi bareng Diary-Sketchbooknya :'> sayang kita terpisah jarak banget gini hahaha Thank you for this memorable journey with you guyss, hope we'll meet again anytime soon !
ReplyDeleteHahaha.... bener Tissa. Entar aku kirim yang udah aku gambar segera ya. Ini masih sedikit bermasalah dengan mood menggambar :D
DeleteYou're welcome. I hope too! :D
keren bang, tulisannya menginspirasi :)
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Terima Kasih :)
DeleteSaya suka cara nulismu, Aslan. Rapi dan teratur. Pantes sih anak FLP :)
ReplyDeleteTerima kasih banyak Fahmi, hehe :)
DeleteKeren eeuyyy... ditunggu bukunya ;)
ReplyDeleteSiip. terima kasih kak.. Mohon doanya :D
Deletekira-kira kalo kejepang, ada yang bantuin translate bahasa indonesia ga ya ?
ReplyDeleteoia, jgn lupa singgah dan komentar disini :
http://musikanegri.blogspot.com/2014/04/gunongan-bukti-cinta-sultan-kharismatik.html
Ada sepertinya hehe.. tapi kami kemarin programnya full bahasa inggris. cuma ke sesama peserta aja bahasa Indonesia
DeleteApa kabar? Alhamdulillah tetap semangat, Allahu Akbar !!! :)
ReplyDeleteAlhamdulillah baik bang hehe :)
DeleteAllahu Akbar!
:D
Huhuhu, ngiler wak! Harus banyak2 bermimpi ke Jepang nih biar cepat sampai. Hehe.
ReplyDelete