Jalan Sesak
![]() |
Sumber: uniqpost.com |
Ada yang tertekan di dada.
Seperti dada pernah dibedah, dimasukkan suatu alat kesehatan dan dibiarkan
hingga bertahun-tahun. Dan kini, alat itu seakan mengganggu kehidupan
organ-organ tubuh lainnya. Setiap darah yang dipompa terasa macet. Dan sesekali,
darah muncrat dengan cepat ke otak dan membuat pusing di penghujung hari.
Banyak orang yang hanya bisa
berkata tanpa bertanya dan melihat tanpa mengamati. Hingga timbul perspektif
yang penuh tanda tanya dan pada akhirnya kesimpulan demi kesimpulan menjadi acuan
dalam menilai perilaku. Ya, itu membuat pusing. Setiap hari.
Andai saja berjalan itu mengasyikkan,
mungkin. Tanpa peduli dengan perkataan orang dari sepanjang trotoar yang
dilewati. Menjejakkan kaki satu-satu, sambil memegang pundak angin dan bercanda
dengan matahari. Sesekali berputar, menyanyikan irama gembira.
Ini hidup kita kan? Lantas kenapa
selalu dibandingkan dengan kehidupan orang lain? Tentang karir dan juga
kesuksesan. Bukankah setiap orang punya takdir yang berbeda-beda? Sering kali
bercermin dengan cermin orang lain. Dan sampai kapanpun kau tidak akan pernah
bisa melihat wajahmu sendiri.
Maka tetaplah berjalan. Bertahan
dengan kaleng-kaleng minuman yang dilempar dari pinggir-pinggir jalan ke arah
kita. Karena kita bukan berjalan ke pinggir jalan, tapi berjalan ke ujung
jalan, ke tujuan kita. Kalau perlu pungut kaleng-kaleng itu dan buanglah ke
tong sampah. Bukankah kita mengaku konservatif?
Rasanya masih sesak. Ketika tangan
dan kaki masih diikat dengan alasan balas budi, lalu kita terseret dijalan,
dengan wajah terbentur di kasarnya aspal. Terseret-seret. Berdarah. Lantas mau
melanjutkan berjalan atau terdiam di sana tanpa nyawa dan dilindas mobil? Tidak!
Karena kita berjalan bukan untuk melupakan, tapi untuk menyakinkan yang masih
ragu akan potensi yang kita miliki. Budi akan tetap dibalas, tapi tidak
sekarang. Detik belum sampai ujungnya kan?
Saat ini, dengan tertatih-tatih, aku
masih berjalan. Dengan darah di sana sini, dengan kaki dan tangan yang terikat,
dan dengan sekantong plastik berisi kaleng minuman kosong yang aku kutip. Karena
di ujung jalan sana kecemerlangan menunggu. Benarkan?
Ini langkahku. Kau ikut?
No comments:
Tinggalkan Pesanmu Di Sini ^^