Thanks, For Completed Me!
KETIKA aku menulis ini, ia,
istriku, sedang tertidur. Aku sengaja menulis ini agak larut karena takut
terlihat olehnya. Karena kadang tiba-tiba ia sering memelukku dari belakang
ketika aku sedang duduk di meja kerja. Aku hanya ingin bercerita tentang
kebahagiaan yang kian hari terus bertambah. Karena hari ini genap sebulan kami
menikah.
Namanya Sri Luhur Syastari Syadza Nada Afifah. Seringnya dipanggil Ayi. Tapi aku punya panggilan lain. Karena kami
masih muda, kami masih sering bertingkah layaknya remaja pada umumnya. Tertawa,
pukul-pukulan, lompat-lompat, bahkan sampai menciptakan lagu sendiri ketika
jalan-jalan naik motor bersama. Kalau kami lagi serius, seakan-akan sedang
melakukan rapat kerja organisasi. Bisa-bisa sampai naik ke atas meja atau ke
atas lemari.
Setiap pagi, ketika bangun tidur,
ada seseorang yang menghangatkan keningku dengan kecupannya lalu mengatakan, “Selamat
pagi sayangku!” Setiap malam, selalu ada teman bercerita sebelum kami sama-sama
melompat ke dunia mimpi. Kadang kala sampai larut malam bercerita ini itu baru
tertidur.
Aku paling suka saat melihatnya
makan apapun. Ayi selalu menyipitkan matanya setiap makan sesuatu, seakan-akan
makanan itu pedas, padahal tidak. Kalau makan masakan pedas, keringat
bercucuran dari hidung dan kening. Setiap kali makanannya tidak habis, aku
selalu menghabiskannya. Mengganti piringnya dengan piringku, dan seakan-akan ia
yang duluan habis.
Ketika aku pusing dengan
pekerjaan, ia menatapku hangat, lalu memelukku. Sambil menggosok punggung
belakangku. Kami tidak banyak berkata, karena dengan diamlah ketentraman itu
bisa mengalir dari kedua hati kami.
Sesekali, ia seperti adik kecil
yang ingin dimanja-manja. Di lain waktu, ia seperti seorang kakak yang
menasehatiku. Kami sering bertukar posisi. Kalau ia yang ingin dimanja, maka
aku berperan sebagai seorang abang yang penyayang. Kalau aku yang ingin
dimanja, dia seperti seorang kakak yang me-pukpuk bahuku dan membuatku
tertidur.
Ia selalu sigap menyediakan
makananku. Baginya, aku tidak boleh sedikitpun telat makan. Harus bergizi dan
sehat. Makanya kini berat badanku pun naik. Setiap melihat ke kaca, perut
selalu menjadi pemandangan yang tidak mengenakkan. Namun ia selalu mengatakan, “Berperut
itu kan kaya orang-orang hebat. Lihat tu Ridwan Kamil, Anies Baswedan, SBY,
berperut semua. Woles aja sayang.”
Setiap aku lelah, aku paling suka
melihat wajahnya. Ketika tersenyum, lesung pipit di kedua pipi tembamnya
terlihat. Kadang-kadang kami malah adu cepat siapa yang paling cepat
menggerakkan lubang hidung. Kalau dia berteriak menang, langsung saja aku jepit
hidungnya. Lalu pada akhirnya malah balas-balas adu jepit hidung.
Ayi termasuk orang yang ribut
ketika menonton film. Kadang ketika kami berdua nonton bareng, ia sering
menanyakan hal-hal yang teknis, yang aku pun tidak tahu apa jawabannya. “Bang,
itu kenapa dia diburon-buron polisi? Itu dia nanti mati atau enggak? Itu habis
ini mau kemana dia?”
Ia sering kali mengingatkanku untuk
berdoa setiap kali sela-sela waktu adzan dan iqamah. Kalau aku malah beda. Kadang
aku sering memanggilnya setelah melihat ada anak tetangga yang sedang berdiri di
rumahnya. “Jangan bilang kalau cuma abang yang lihat anak kecil
itu!”, kataku. “Alah abang ni. Memang ada anak itu. Abang kira itu hantu? Fyuuh”
Sejurus kemudian selesai kami
berdebat, anak kecil itu sudah tidak ada lagi. Kami buru-buru masuk kekamar dan
sembunyi di dalam selimut. Yang kakinya keluar selimut digigit hantu. Langsung
aja berebut selimut sampai tonjok-tonjokan.
Ayi, aku mencintainya. Setiap melihat
wajahnya, hati selalu bergetar membayangkan bagaimana nanti ketika kami telah
berumur tua. Apakah kami akan bertemu di surga atau tidak. Apakah nanti aku
yang akan duluan meninggal ataukah ia. Apakah ia sanggup hidup tanpaku ataukah
aku yang tidak sanggup hidup tanpanya? Jujur aku tidak sanggup.
Inginku, bisa terus dan terus
membahagiakannya. Bisa membuatnya bangga dengan diriku yang apa adanya. Bisa mencukupi
kebutuhannya lahir dan bathin. Bisa memiliki keturunan yang bisa menyejukkan
mata kami sebagai orang tua.
Mimpi-mimpi kami banyak. Setiap hari,
kami selalu saling menguatkan untuk bisa menggapai mimpi kami. Ia mempunyai
mimpi yang aku terlibat di dalamnya. Dan mimpiku kini adalah mewujudkan
mimpinya. InsyaAllah dari hari ke hari rezeki semakin lancar dan perjalanan
menuju mimpi semakin terbuka lebar. Alhamdulillah.
Sayang, Terima kasih karena telah mempercayaiku untuk menjadi suamimu. Selamat satu
bulan pernikahan!
Thanks my lovely wife for completed me!
Aslan Saputra
* Semoga ketika istriku terbangun
dan membaca tulisan ini, ia menciumku.
So sweet Aslan. Semoga selalu diberi keberkahan yaa.. :)
ReplyDelete:-)
ReplyDeletetouched me ;(
ReplyDeleteso much jelous, but im glad to see you happy aslan,
next, i hope you will get a child, and i want to read again your stories
hope so :)
Alhamdulillah sayang. Semoga pernikahan kita senantiasa diberikan keberkahan, sakinah mawaddah wa rahmah dan hasanah insya Allah. Semoga apapun yang abang tuliskan hari ini, terus dapat menggelorakan cinta abang hingga berpuluh-puluh tahun dari sekarang. Dan abang selalu mencintai Ai yang juga akan terus belajar menjadi baik, setiap harinya. Terimakasih sayang x-) x-) x-) x-)
ReplyDeletewoah sosweet sekalii ,, semoga selalu akur yaa tetap jaga keromantisannya .. amiiin
ReplyDeletekata-katanya boleh dicopy ya, siapa tau dibutuhin nih hehe
ReplyDeletesemoga kebahagiannya langgeng mas, jangan mudah tergoyahkan dengan cobaan...
ReplyDeletekata-katanya keren
ReplyDeleteSo sweett bangeett ni suaminya ayi..
ReplyDeleteso sweet sekali...
ReplyDeletemelting jadinya...