Jalan-Jalan ke Harajuku Street
Yamada-San memberi sebuah peta kepada masing-masing kami, agar kami tidak tersesat selama berada di Harajuku. Kondisi di sini persis seperti Pasar Aceh di Kota Banda Aceh, cuma lebih ramai dan padat lagi. Banyak yang menjual barang-barang dan souvenir dengan harga terjangkau. Bahkan beberapa penjual berdiri di depan tokonya dan berteriak-teriak dalam bahasa Jepang. Mungkin artinya, 'Mampir-mampir' kali ya.
Titik kami berpisah merupakan titik yang ditetapkan untuk kami berkumpul kembali. Waktu yang diberikan untuk jalan-jalan sekitar satu setengah jam. Begitu penjelasan selesai, langsung saja kami berpencar dan membaur. Ada yang langsung mampir ke toko pakaian dan ada yang tiba-tiba udah gak kelihatan lagi kemana. Saya saat itu udah gabung aja sama Yoga, Teh Tiara dan Bang Rahmat.
Di tengah jalan, ada beberapa orang negro bergaya raper plus topinya yang menjual tali pinggang gede kayak medali pemain tinju. Saya gak berani melihat langsung dan cuma melirik-melirik aja. Karena kebawa naluriah ketimuran, saya senyum-senyum aja ke orang yang melihat saya. Sampai akhirnya...
"Where are you come from?" Seorang negro dengan badan gede menyapa saya.
"Oh hai! We are from Indonesia." Sahutku dengan senyuman, walaupun rada-rada takut juga.
"Oh, are you moslem?" Tanyanya lagi.
"Yes, I'm Moslem."
"Assalamu'alaikum ya Akhi" Tiba-tiba dia memeluk saya.
Saya agak shock sekaligus terharu. Tubuh saya tetiba merinding. Perasaannya seperti bertemu saudara lama walaupun kami baru saja bertemu. Mungkin inilah yang namanya Ukhuwah Islamiyah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah ya Akhi," jawabku penuh haru.
"Can you speak arabic? ana bla bla bla bla.." Tiba-tiba dia ngomong bahasa arab dan sejurus kemudian saya geleng-geleng karena tidak mengerti.
"I can't speak Arabic, I can't speak Arabic.." kataku mencoba menjelaskan.
Kemudian dia mengatakan kalau dia berasal dari Afrika dan kemudian ngomong lagi pake bahasa arab. Karena saya juga takut terlibat membicaraan panjang dan masih dalam mode 'hati'hati' saya pun minta izin untuk pamit dan melanjutkan perjalanan. Bayangin aja, beberapa orang negro di sampingnya udah melototin saya, mirip penjahat di game GTA. Mungkin cuma dia yang muslim, tapi semoga dia diberi keselamatan di negeri Jepang ini.
Kebetulan saya sempat mengabadikan momen di Jepang menjadi sebuah video. Teman-teman bisa ikut merasakan suasana Harajuku disini:
Sekian dulu cerita dari harajuku.
aih, sedep bisa jalan jalan di jepang dan mencicipi Harajuku street. langsung dipraktekkan mas... hihihihihi
ReplyDelete