Header Ads

Berkemas untuk 2017



Dua hari sebelum tahun baru, aku jatuh sakit. Maklumlah, terik dan hujan silih berganti tanpa ada jeda yang pasti. Dan ketika sakit itu, akupun terhenyak di perenungan yang lumayan dalam. Tentang apa saja yang telah aku lakukan setahun belakangan dan apa yang akan aku lakukan untuk setahun kedepan. Kukira ini timing yang baik untuk rehat sejenak dan mencoba mengevaluasi diri.

Salah satu topik perenungan adalah tentang nasib blog ini. Lihatlah, blog ini sudah bersarang laba-laba dan hampir saja habis dimakan rayap. Padahal, proses menulis bagiku adalah salah satu terapi jiwa agar tidak gila. Agar tidak emosi dan agar tidak meletup-letup. Bisa bayangkan bagaimana kondisi otakku kini setelah sekian lama tidak menulis?

Salah satu penyakit bagi seorang penulis blog adalah sifat perfeksionis. Sebuah postingan blog tidak akan terbit sebelum dirasa bagus atau paling kurang tidak dibenci orang lain. Syukur-syukur bisa viral dan menjadi buah pembicaraan dimana-mana dan blog kita jadi referensinya. Atau bahkan bisa jadi obat pereda bagi pecandu kegalauan kronis. Padahal sifat perfeksionis itu sungguh sangat berbahaya.

Maka vitamin untuk blogger perfeksionis itu adalah menulis untuk diri sendiri. Karena pada hakikatnya, orang yang paling menanti untuk membaca tulisan kita itu adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Cukup selesai menulis dan membacanya kembali, itu akan jadi kepuasan yang sedikit namun mujarab.

Perenungan selanjutnya tentang hari hari belakang yang aku lewati dan tidak pernah terlintas akan dilalui dengan begitu cepat. Dimulai dari tahun 2014 ketika aku berangkat ke Jepang bersama teman-teman geumeutoe lalu kembali sepuluh hari kemudian. Lalu tentang pergulatan dalam menyelesaikan skripsi dan mengambil keputusan untuk tidak mengikuti wisuda. Perbedaan pendapat dalam organisasi hingga akhirnya memilih untuk berpisah, yang akhirnya malah benar-benar berpisah dengan teman-teman di dalamnya. Emosi yang tidak bisa dikontrol ketika membahas hak kepemilikan maskot tim dan kini aku malah merasa kalau dulu masih sangat muda dan cepat terpercik api emosi. Lalu di tahun yang sama memilih untuk menikah dan berubah status menjadi seorang suami.

Lalu survive menjalani karir sebagai wirausaha, yang kalau dilihat kembali, aku dan Ayi benar-benar menjalani segalanya dengan kesabaran dan penuh kebahagiaan dalam kecukupan. Berkutat tentang manajemen perusahaan hingga pelaporan pajak yang hingga kini masih sangat merepotkan. Saban hari membersamai laptop dengan ribuan baris kode pemrograman yang makin familiar. Hingga bertemu beragam jenis klien.

Dan akhirnya status ayahpun kusandang dari seorang anak yang bernama Kizain. Transformasi besar-besaran kualami. Tanggung jawab berkali-kali lipat kupegang. Bahkan sesekali aku merasa bersyukur karena di umur segini, aku telah lebih dulu mengalami pembelajaran sebagai seorang ayah. Masih banyak seumuran bahkan yang lebih tua masih merasa enjoy dan menghabiskan uangnya tanpa peduli tentang masa depannya (walau tidak semuanya). Setidaknya itu yang selalu kuperhatikan di setiap warkop yang kusambangi untuk tempat bekerja.

Uniknya, aku tidak akan pernah mengunjungi warkop yang sama setiap harinya dan aku akan pergi dan mencari tempat yang lain kalau ada pengunjung yang merokoknya seperti pabrik uap, mengoceh dengan volume tertinggi atau bahkan musik yang diputar pemilik warkop merusak moral dan membuat jantung frustasi.

Kadang melelahkan namun semua itu terbayar dengan melihat senyuman dan tatapan penuh pengharapan seorang anak ketika sampai di rumah. Memang tidak mudah untuk dijelaskan, namun bagi siapapun yang telah memiliki anak, pasti akan mengerti tentang kekuatan tambahan yang tersalurkan untuk kita. InsyaAllah sebentar lagi akan ada dua anak. Aamiin.

Lalu akupun mulai mengambil sebuah kertas dan mulai menulis beberapa janji untuk kutunaikan sendiri. Janji yang harus membuatku bisa berubah menjadi lebih baik, dan menjadi pribadi yang tidak merugi di masa yang akan datang.
Salah satu yang kutulis adalah berkomitmen untuk mulai rajin menulis di blog ini. Jujur saja, tidak pernah menulis membuat otakku serasa membludak. Tidak bisa dituang hanya dengan diskusi-diskusi yang malah membuat tenggorokan kita kering.

Beberapa komitmen lainnya aku tulis di notebook kecilku. Semoga kalian mendoakanku untuk dapat istiqamah dalam berbuat kebaikan dan menunaikan setiap janji-janji itu dan begitupun kalian kudoakan agar semangat menjalani hari hari kedepan dengan kebaikan dan kesabaran.

Demikianlah, selamat menikmati untuk membaca tulisan tulisan segar dari blog eliteword ini.

Salam hangat,
Aslan Saputra

No comments:

Tinggalkan Pesanmu Di Sini ^^

Powered by Blogger.